Lihat ke Halaman Asli

chen siauw

Pemerhati Sosial

Empati Bagi Negeri

Diperbarui: 19 November 2024   13:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

          Selamat berjuang Bapak Probowo dan Mas Gibran bagi kesejahteraan rakyat di negeri tercinta Indonesia. Retreat yang diadakan di Akmil Magelang diharapkan mengobarkan semangat membangun negeri dengan sinergi dan kolaborasi didasari pemahaman visi dan misi yang utuh dari Presiden. Kondisi saat ini dalam pelbagai tantangan dan permasalahan baik domestik maupun global tidaklah mudah menggapai asa bagi kesejahteraan rakyat. Perlu perjuangan ekstra dari segenap pemangku kepentingan demi kemajuan negeri.

          Saat ini yang penting mendesak dari pemahaman penulis jika ingin sinergi dan kolaborasi berjalan dengan baik khususnya bagi yang mendapat amanah dari rakyat adalah empati yang dihidupi dan diamalkan dengan sungguh-sungguh oleh tiap pemangku kepentingan. Kita tidak kekurangan pakar dalam menyusun program pemerintah, kebijakan strategis, banyak yang memiliki latar belakang akademis mumpuni. Namun mengapa kerapkali tidak maksimal implementasi di lapangannya, contoh subsidi energi, menurut menteri ESDM Bahlil Lahadalia, yang tidak tepat sasaran dan dinikmati orang mampu menembus Rp100 triliun. Berbagai metode subsidi digulirkan pemerintah dengan semangat menolong kaum marginal bisa hidup lebih baik namun dalam pelaksanaannya masih sering kita jumpai meleset.

          Lantas empati seperti apa yang harus dimiliki untuk mewujudkan hasil sinergi dan kolaborasi menjadi program yang benar-benar dinikmati rakyat. Empati adalah daya untuk memahami atau merasakan apa yang dialami orang lain dari sudut pandang mereka, yakni daya untuk menempatkan diri sendiri pada posisi orang lain. Sebelum kita mampu memahami apa yang dirasakan orang lain kita harus mau berkorban bagi orang lain. Rela berkorban menjadi karakter dasar yang menggerakan hati, pikiran dan langkah kita untuk peduli pada keadaan orang lain. Mereka yang mendapatkan amanah rakyat mau dan rela berkorban tidak menikmati fasilitas berlebihan dan menjalani hidup sederhana, fokus menggunakan anggaran yang dipercayakan semaksimal mungkin untuk kepentingan masyakarat. Pola hidup sederhana sarana melatih empati karena berusaha menyadarkan diri bahwa hidup yang disertai rasa cukup dan penuh syukur akan membawa kebahagiaan, kepekaan ini akan menggerakan hati untuk berbuat lebih bagi kebaikan sesama.

          Empati yang dihidupi dengan baik menjadi teladan yang berdampak bagi orang lain, menarik yang diungkapkan Presiden Prabowo Subianto "Ikan busuk mulai dari kepalanya", bukankah ini juga dapat dimaknai jika kepalanya bersih, maka layak diteladani. Menumbuhkan empati harus berani mengoreksi diri dan memiliki pengendalian diri yang kuat. Keinginan-keinginan yang menguasai diri dan menjadikannya hal yang paling utama dalam hidup tanpa pengendalian diri yang baik akan membawa keserakahan dan kehancuran tidak hanya bagi yang memegang kekuasaan namun juga bagi orang lain.

          Kesadaran pentingnya pemahaman diri yang dibaharui setiap hari menjadi lebih baik akan mewujud menjadi karakter yang kuat dan tangguh dalam memegang kebenaran. Karakter seperti ini akan menjadi wadah yang baik bagi tumbuh kembangnya empati. Rakyat tidak perlu dibanjiri wacana banyak kata tanpa makna, mereka cukup melihat keteladanan hidup para pemangku kekuasaan, jika layak diteladani, maka rakyat juga akan meniru yang baik untuk dilakukan.

          Keteladanan yang baik dan berkesinambungan akan mentransformasi hal-hal yang baik bagi rakyat. Sebagus apapun program pembangunan tanpa empati bagi yang melaksanakannya akan lebih banyak mudharatnya. Sebaliknya transformasi akan terjadi jika pemimpin menjalankan dengan penuh empati sehingga program pemerintah yang pro rakyat menjadi efektif dan membawa kebaikan.

          Transformasi yang terjadi otomatis akan nampak dalam peran serta aktif masyarakat tanpa perlu diminta. Peran serta yang disadari karena ingin semata demi kebaikan bagi orang lain akan menjadikan rakyat kuat dan bermartabat.

          Kesadaran dimulai dari diri sendiri untuk menumbuhkan empati, kepercayaan yang diberikan mampu diimplementasikan bagi kebaikan orang lain, yang dipimpin merasakan kebaikan dan keteladanan. Kebaikan yang dirasakan akan memberikan arti dan nilai positif yang menjadi pendorong untuk terus berbuat yang terbaik bagi orang lain. Maka penulis meyakini program pembangunan akan tepat sasaran dan dapat dinikmati rakyat jika pemegang amanah menghayati dan menjalankan empati sepenuh hati.

          Transformasi pasti terjadi jika pemegang amanah berkesinambungan dan konsisten mengamalkan empati. Sepenuhnya sadar bahwa kepercayaan yang diberikan menjadi bernilai dan bermanfaat jika dihidupi dengan empati yang sungguh dan tulus. Saatnya membangun negeri diawali dengan empati, memulai dengan kesadaran bahwa apapun ada batasnya, pada waktunya akan sirna, namun kebaikan yang mampu membawa rakyat tersenyum bahagia tak lekang oleh waktu.

          Sudah seharusnya segenap pemangku kepentingan berempati bagi negeri berjuang bagi kesejahteraan rakyat, merasakan penderitaan dan kesulitan rakyat, menyingsingkan lengan baju bahu membahu bersama membangun negeri tercinta Indonesia. Terlebih saat ini kondisi global yang tidak baik-baik saja, menuntut keberanian dan terobosan tidak hanya dari para pemimpin namun juga segenap anak bangsa. Awali dengan empati sepenuh hati bagi kemajuan negeri, niscaya rakyat akan mendapat kebaikan di bumi pertiwi yang kita cintai. Wujudkan empati dengan tulus menghormati para pemimpin yang mendapat amanah dari rakyat, dukung mereka dengan sepenuh hati menjalankan tugas bagi kebaikan negeri.

Tangerang,  November 2024

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline