Belakangan ini sebagian masyarakat dihentakkan oleh berita tentang kasus kriminalisasi pelecehan seksual di sekolah internasional, JIS (Jakarta Internasional School). Bukan tentang tiga bocah siswa JIS yang konon katanya menjadi korban pelecehan seksual yang dilakukan oleh 6 (enam) Office Boy dan 2 (dua) guru di sekolah itu. Tapi dari banyak fakta terungkap, yang membuktikan bahwa para pelaku yang kini sudah mendekam di tahanan, justru tidak bersalah.
Adalah Rudi Valinka, penggiat social media yang aktif di twitter, mengungkapkan fakta-fakta tersebut, setelah yang bersangkutan melakukan investigasi langsung kasus ini ke TKP. Dan kisah serta bukti kuat yang dia sodorkan, ternyata cukup membuka mata public – terutama saya – bahwa ke- 8 orang tersebut (satu meninggal di tahanan) ternyata tidak ‘bersalah’
Rudi – yang akrab dengan akun @Kurawa itu menjelaskan dengan begitu rinci, kasus ini. Dimulai dari pengertian kasus Pedofilia, secara global. Lantaran kasus yang begitu menghebohkan masyarakat 2 tahun lalu ini disinyalir berkaitan dengan sindikat Pedofilia Internasional. Benar atau tidaknya, ke belakangnya akan terungkap. Dan meski kasus ini sedang ramai dibicarakan oleh publik dan banyak disimak dari chripstory yang beredar, saya mencoba merangkumnya menjadi beberapa tulisan. Mudah-mudahan bisa berguna, membuka mata, dan bisa menjadi renungan kita semua.
GAY DAN SODOMI
Sebelum masuk ke kasus JIS, tidak ada salahnya jika kita menyamakan persepsi tentang pemahaman homoseksual (gay), pedofilia dan sodomi. Karena kasus JIS berhubungan erat dengan hal tersebut di atas. Mungkin banyak kalimat yang dianggap terlalu vulgar dan menjijikkan. Tetapi ini penting, terutama bagi kita – yang sudah menjadi orangtua untuk menjaga buah hati kita.
Istilah gay digunakan secara umum untuk menggambarkan seorang pria yang tertarik secara seksual dengan pria lain dan menunjukkan komunitas yang berkembang diantara orang-orang yang memiliki orientasi seksual yang sama. Di Indonesia, gay diasumsikan sebagai kelainan seksual yg dilakukan oleh dua orang "pria" dengan memasukkan dengan memasukan penis ke dalam anus pasangan seksualnya, istilahnya anal seks (sodomi).
Banyak persepsi yang mengatakan bahwa sodomi yang diasosiasikan milik kaum gay, ternyata juga dilakukan oleh pasangan lesbian maupun heteroseksual lainnya. Magnus Hirschfeld (1868-1935) psikolog dan seksolog asal Jerman, dalam sebuah penelitiannya, mengungkapkan bahwa hanya 8% pasangan gay menyukai seks anal. Mereka jauh lebih menyukai seks oral dan saling memasturbasi pasangannya dalam melakukan aktivitas seksual mereka.
Mengapa seks anal dinilai tidak popular, bahkan oleh penganut gay sekali pun? Jawabannya karena rasa NYERI yang sangat signifikan. Untuk melakukan penetrasi seks anal, diperlukan persiapan yang sangat matang bagi pasangan gay, terutama perlunya mengunakan pelumasan.
Rudi mengungkapkan, bahwa dia pernah menanyakan langsung pada koleganya, yang seorang gay, diakui bahwa setelah melakukan anal seks ini, di duburnya masih terasa ‘ganjalan’. Rasa pedih luar biasa dirasakan saat yang bersangkutan ‘diperjakai’, bisa sampai 3 hari. Bahkan ada yang sampai 2 minggu. Rasa sakit selama anal seks itu disebut anodyspareunia. Faktor ‘kebiasaan’ orang Indonesia yang menggunakan air saat membersihkan dubur ketika buang air besar juga berpengaruh, dan membuat seks anal menjadi tidak populer.
PEDOFILIA
Sementara definisi Pedofilia adalah terjadinya gangguan kejiwaan pada orang dewasa yang ditandai dengan kepentingan seksual primer (eksklusif) pada anak-anak pra puber. Batasan usia remaja awal (pra Puber) yang umum digunakan para ahli adalah antara umur 12-15 tahun. Tetapi menurut Monks, Knoers, dan Haditono (2001) batasan usia pra puber ini antara umur 10-12 tahun.