Hari ini, lima tahun lalu, saya masih kelas tiga SMA. Tepat hari ini pula, saat itu, kaki saya bisa melangkah sampai puncak Gunung Sindoro. Tentu, saya merasa bangga ketika berfoto dengan plakat bertuliskan puncak Sindoro dengan berlatar belakang bendera merah putih. Seolah, saya sangat nasionalis, meski tentu perasaan itu hanya sebatas pikiran saja.
Di generasi saya, lebih khusus lagi di sekolah saya, tahun-tahun itu memang sedang demam-demamnya pendakian gunung. Salah satu faktornya, adalah meledaknya film 5 CM. Harus diakui, film itu cukup fenomenal, berpengaruh, dan bisa jadi bagi sebagian orang sangat menginspirasi.
Tak terkecuali saya, yang mulai mengenal dan menyukai dunia pendakian setelah menonton film 5 CM. Film itu, meski fenomenal, tapi tak lepas dari kritik.
Beberapa kritiknya mengarah ke alat pendakian. Misalnya, semua pemeran di film itu, mendaki dengan celana jeans. Jelas sekali, jeans sangat tidak direkomendasikan untuk pendakian, sebab bahannya yang kaku dan jika terkena hujan akan sulit kering.
Kritik juga dialamatkan kepada Genta, seorang laki-laki yang dengan sengaja membawa sahabat-sahabatnya ke gunung sebagai sebuah kejutan. Ya, Genta baru memberitahu sahabatnya bahwa mereka akan naik gunung ketika hampir sampai di basecamp pendakian.
Kesalalahan-kesalahan tersebut membuat film ini menjelma menjadi subjek kesalahan bagi tiap pendaki yang di masa depan melakukan kesalahan. Misalnya, ketika ada pendaki tidak peduli dengan sampah bawaanya, banyak orang langsung menyalahkan film 5 CM karena membawa pengaruh buruk.
Ketika ada pendaki hipotermia karena tidak membawa sleeping bag, yang salah juga pengaruh film 5 CM. Dan kesalahan-kesalahan lain yang teramat banyak, muaranya selalu menyalahkan tontonan 5 CM yang dianggap membawa pengaruh buruk.
Jika harus jujur, pendakian pertama saya ke Gunung Sindoro pun masih jauh dari standar pendakian. Saya masih memakai celana jeans misalnya pada waktu itu. Mengapa? Alasannya cukup sederhana, anak muda, ingin keren, dan jeans adalah celana yang keren.
Iya, saya tahu itu salah dan kesalahan itu segera saya perbaiki di pendakian-pendakian selanjutnya. Proses ini yang seringkali dilupakan banyak orang.
Semua pendaki pada mulanya pasti seorang pemula dan penuh kesalahan. Mengapa, kita seolah menafikan hal tersebut dan memilih langsung menyalahkan film 5CM sebagai tontonan yang mengakibatkan berbagai kecelakaan pendaki.
Lagipula, jika hanya menyalahkan 5 CM sebagai biang, banyak pendaki tak taat aturan bermunculan, saya pikir bukan sesuatu yang bijak. Ada faktor lain, media sosial misalnya. Peran akun-akun pendakian gunung di Instagram juga turut menyumbang rasa penasaran banyak orang untuk datang ke gunung tanpa persiapan yang matang.