Prolog
Sebuah Penemuan
“Surat-surat itu ditemukan dalam sebuah peti berkarat yang terendap dan terkubur tidak jauh dari jangkauan permukaan tanah. Ketiga serangkai lantas terus melakukan navigasi dan penelitian mendalam terhadap temuan tersebut. Sungguh! Penemuan ini terlampau naas. Surat-surat tersebut ditemukan bersamaan dengan ditemukan sebungkus kretek dan serbuk kopi hitam, isinya menghayat hati,” kira-kira begitulah siaran televisi pada pagi ini. Dengan demikian, orang-orang itu disibukkan dengan berita dari berbagai laman koran dan berita itu juga sampai dari mulut ke mulut. Orang-orang mulai sibuk mencari tahu siapa pemilik surat yang sebenarnya itu, lantas, mengapa naskah tersebut boleh menjadi yang istimewa dalam siaran? Rana, Bodi, dan Suleman, orang-orang ini menjadi penanggung jawab utama dari ricuhnya masyarakat sejak pagi tadi. Beberapa jam setelah mereka memutuskan untuk mempublikasikan berita tersebut, tiada hentinya kerabat sampai orang tak dikenali pun berduyun-duyun mengirimkan surat dan pertanyaan-pertanyaan akan naskah yang ditemukan.
“Miriam, Di! Di sini tertulis Miriam. Kertasnya memang sudah sangat usang, namun, harum dari serbuk kopi hitamnya masih sangat pantas kucium,” Rana dengan kesungguhannya menyentuh, mengusap, serta menelisik dengan mata legamnya sepotong kertas usang yang nampaknya sengaja disobek oleh pemilik.
“Miriam… Sepertinya tidak banyak orang yang memiliki nama itu pada zaman tersebut. Dilihat dari corak tulisannya, sepertinya Miriam ini masih muda kala surat ini ditulis,” balas Suleman yang menyentuh dan ikut menelisik kertas usang itu.
“Bagaimana bisa seorang gadis begitu terobsesi dengan kretek? Aku rasa, kantung kretek ini tidak sembarangan ditinggal oleh pemiliknya. Pasti ada artinya,” raut Bodi dipenuhi rasa penasaran yang begitu dashyat, pikirannya tenggelam dalam pertanyaan-pertanyaan mendalam.
Sungguh, penemuan kali ini penuh dengan misteri, berbagai pergulatan batin pun terjadi. Rana dapat dengan jelas merasakan kekosongan batin dan teka-teki yang sukar dipecahkan kala ia duduk dan termenung dengan surat-surat itu digenggamannya. Sebenarnya siapa Miriam? Apa alasan ia menulis naskah-naskah ini dan dikubur di tanah pinggiran kota? Apa yang terjadi dengan Miriam pada kala itu? Penelusuran hebat pun dimulai.