Lihat ke Halaman Asli

Kehilangan yang Tak Kupersiapkan

Diperbarui: 9 Januari 2024   21:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setelah hampir 2 bulan kehilangan salah satu sosok panutan dalam hidup, aku menyadari satu hal bahwa sebenarnya sebelum seseorang pergi, ia telah menyelipkan kode-kode tertentu atau bisa dibilang tanda-tanda yang tersirat di setiap kata atau perilaku yang mereka lakukan.

Ayahku pergi setelah berjuang melawan penyakit komplikasi yang baru kami ketahui ketika beliau drop. Bukan karena tidak perduli tetapi ketika kami ingin mengajak ayah cek kesehatan ayah selalu bilang bahwa beliau tidak apa-apa, sayang biayanya dan beliau selalu bilang "Kalau udah waktunya mah gapapa, saya ikhlas kok. Kalo cek kesehatan malah ketauan sakitnya dan akhirnya kita kepikiran dan drop, jadinya cepet meninggal juga hahaha."

Kami bukan keluarga kaya, hanya keluarga sederhana yang bisa makan dan punya tempat tinggal saja sudah sangat bersyukur. Dan aku merasa karena background kami yang seperti ini mengakibatkan ayah tidak pernah mau merepotkan anak-anak nya.

Setelah kepergian ayah, ternyata aku baru menyadari bahwa beberapa tahun ini dan bahkan beberapa waktu sebelum ayah berpulang rupanya ayah sudah memberikan kode-kode tentang kepergiannya.

Aku yang tidak menyadari bahwa sebenarnya itu adalah kode-kode perpisahan malah terkadang masih sering "ngambek-ngambekan" dengan ayah

Ayah selalu bilang bahwa "Saya hidup sampai si bontot wisuda aja udah bersyukur banget loh, udah bisa liat cucu juga udah bersyukur banget"

Aku selalu marah saat ayah selalu bilang tentang kematian dan ayah merespon dengan tawa atau nasihat.

Satu persatu sahabat-sahabat ayah pergi menghadap Tuhan. Saat ayah mendengarkan kabar mereka berpulang, aku dan ibu memperhatikan ayah terkadang murung dan malas makan. Setelah ayah menyendiri dan kami ajak ngobrol ternyata ayah bangkit lagi.

Namun, tepat tanggal 29 Juni 2023 pukul 16.55 ayahku mengembuskan nafas terakhir di rumah sakit setelah berjuang kurang lebih 2 Minggu di ruang perawatan.

Selain sering membahas tentang kematian, ayah juga sangat-sangat tidak suka kesendirian. Saat ibu tidak ada di rumah, pasti ayah cepat mencari ibu. Ayah selalu bertanya dimana ibu, kemana ibu. Ayah sangat takut ibu tidak ada di rumah.

Ayah bilang "ayah selalu berdoa semoga ayah yang pergi duluan dibanding ibu kamu nak, soalnya ayah bingung kalo nggak ada ibumu disamping ayah. Ibumu sudah sangat susah ya karena ayah"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline