Seringnya mati listrik di pedesaan, tepatnya di desa Talang Lakat, Kecamatan Indragiri hulu, Riau, membuat mahasiswa yang sedang mengikuti kuliah daring di desa merasa kesal dalam mencari jaringan internet, karena kalau listrik sudah mati, jaringan juga ikut mati. Seperti beberapa waktu yang lalu, pernah terjadi badai petir belum lagi hujan deras yang disertai angin kencang, sehingga tidak bisa dipungkiri tower jaringan Telkomsel sempat tersambar petir, dan jaringan harus mati selama beberapa hari. Tidak hanya, jaringan yang mati, banjir bandang juga terjadi. Banjir setinggi pinggang orang dewasa membuat masyarakat kewalahan. Padahal biasanya hujan deras selama seharian pun tidak akan menyebabkan banjir setinggi itu. Karena masih banyak hutan rimbun disekitarnya. Warga yang terkena dampak banjir ini terpaksa harus mengungsi kerumah keluarga mereka masing-masing.
Sudah banjir dimana-mana, jaringan internet mati, warga semakin kesulitan menghadapi situasi ini. Tetapi kepala desa sudah mengatasi hal ini walaupun sangat terlambat. Dengan mendatangkan petugas tower dan menyediakan kebutuhan masyarakat pasca mengungsi. Sambil menunggu perbaikan tower, hampir semua masyarakat pedesaan hanya bisa pasrah dengan situasi ini. Seperti mahasiswa yang tidak bisa mengikuti kegiatan belajar mengajar atau perkuliahan secara daring. Bahkan beberapa diantara mereka banyak yang memutuskan untuk kembali keperantauan mereka masing-masing.
" Saat koneksi internet itu hilang selama beberapa hari, jujur saya kesal sekali. Dimana saya tidak bisa mengikuti kuliah daring seperti biasanya dan tidak mengumpulkan tugas saya tepat waktu. Bahkan untuk sekedar memberikan kabar bahwasanya saya izin untuk sementara waktu ke kaprodi saya saja tidak bisa. Padahal melalui via SMS. Sampai pada akhirnya, saya nekad untuk pulang ke Medan supaya saya bisa menjelaskan kenapa selama beberapa hari itu, saya tidak mengikuti perkuliahan." Ungkap S yang merupakan mahasiswa di salah satu universitas swasta di Medan saat ditanyai dikediamannya sebelum berangkat ke Medan.
"Penanganan segala sesuatunya didesa ini sangat lambat untuk langsung ditangani oleh pemerintah setempat. Kebanyakan apa-apa harus membuat surat pengajuan terlebih dahulu ke badan pengurus desa. Dan dalam membuat surat pengajuan itu, prosesnya sangat ribet sekali. Banyak syarat ini itu. Contohnya perbaikan tower kala itu, ditunda sehari perbaikannya tidak langsung diperbaiki. Sehingga anak perempuan saya terkendala dalam mengikuti perkuliahan. Mau tidak mau harus ke Medan dan mengikuti perkuliahan daring disana." Kata ibu S selaku orangtua dari salah satu mahasiswa. Itulah sebabnya kenapa, saat musim penghujan datang pemerintah setempat langsung menghimbau para petugas dan masyarakat untuk segera memutuskan aliran listrik didesa ini yang secara otomatis jaringan internet juga ikut mati dan melakukan reboisasi. Guna mencegah supaya hal yang sama tidak terulang kembali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H