Lihat ke Halaman Asli

Sisi Lain Tanjung Bira

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tanjung Bira, sebuah hamparan peninsula indah di Sulawesi Selatan, berpasir putih bagai tepung halus dan air yang jernih, terumbu karang yang berwarna-warni dengan beraneka ragam fauna laut yang menawan.
Bagi para diver, Tanjung Bira adalah salah satu dive spot yang menajubkan, the most famous are Shark point dan Fish Market, di mana kalian bisa berenang bersama white tip shark dan black tip shark, kalau beruntung tidak usah mengeluarkan banyak uang untuk diving, sekedar snorkeling di Pulau Kambing atau Pulau Liukang kalian bisa melihat ikan hiu ini berseliweran atau pun sea turtle yang berenang tenang nan anggun.
Tanjung Bira berlokasi sekitar 40 km kearah timur dari kota Bulukumba, dengan pelabuhan penyeberangan fery yang menghubungkan Tanjung Bira dengan Pulau Selayar. Menuju Tanjung Bira tidak terlalu sulit bila kalian berada di Makassar dengan jarak tempuh sekitar 5 jam perjalanan, dari terminal Malingkeri ada kijang yang tiap hari menunggu penumpang, namun kijang ini akan melaju bila penumpang sudah penuh, packed like sardine :), dengan membayar 60rb kalian akan di antar sampai memasuki pintu gerbang desa kawasan pantai bira, untuk memasuki kawasan desa wisata ini kalian harus membayar sebesar 10rb untuk wisatawan lokal dan 20rb untuk wisatawan interlokal :)
Sepanjang jalan raya ada berbagai restoran dan homestay, sampai di sepanjang pantai pun ada berbagai kedai atau warung-warung souvenir yang menjual buah tangan hasil karya penduduk lokal, makanan cemilan dan menyewakan ban hitam untuk mengapung atau snorkeling gear. Pantai Bira yang indah untuk berbagai water sport dan sun bathing.
Namun siapa yang sangka dibalik pasir putihnya yang lembut, airnya yang jernih, tempat asyik untuk berenang dan berjemur ini, terdapat juga lokalisasi prostitusi, inilah sisi lain Tanjung Bira, bila kalian berjalan menjauh dari jalan raya, memasuki jalan setapak menuju pantai Bara untuk menikmati sunset yang sangat orange berkilau, kalian akan melalui deretan rumah di kawasan terpencil ini, rumah yang tampak biasa saja anehnya rumah-rumah biasa ini memasang logo-logo beer dan menuliskan sign "mini bar" atau "karoke bar", kawasan ini tampak sepi saat kami melintas menuju pantai Bara.

Pulang dari menikmati sunset di pantai Bara saat melewati kawasan setapak sepi itu tampak wanita-wanita berpenampilan sexy duduk-duduk di depan mini bar-mini bar tersebut. Sekejab kawasan itu tidak sepi lagi, beer sign lamp telah menyala, musik house mix dangdut pun terdengar dari dalam "mini bar". Kami pun melaju menuju jalan raya untuk kembali ke homestay.
Kehadiran lokalisasi prostitusi dibungkus dengan praktek cafe adalah sebuah fenomena di mana prostitusi dan seks komersial ini marak di kawasan wisata menjelang malam hari.
Saat melintas kami bertanya mengapa ada lokalisasi di daerah terpencil ini?, mengapa dimediakan atau diadakan di daerah yang notabene berpenduduk muslim yang kuat?
Sampai kembali ke Jakarta, kami tidak mendapatkan jawaban yang berarti tapi kami sangat menikmati setiap titik pantai di Tanjung Bira; Pantai Bira, Pantai Bara, Pantai Lemo Lemo dan masih banyak pantai yang sepi dan kami tidak tahu namanya karena untuk menuju ke sana kami harus melalui semak belukar dan mendaki bukit. Regardless the monkey business in a small path of Bira alley, for us Tanjung Bira is unforgettable peninsula.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline