Di malam yang sunyi, waktu sudah menunjukkan waktu tengah malam. Sebentar lagi pagi tanggal 20 Oktober 2019, akan dilaksanakan pelantikan Jokowi sebagai Presiden periode kedua, dan Ma'ruf Amin Wakil Presiden untuk periode pertama.
Saya tidak ada berencana untuk menulis tentang upacara pelantikan esok hari. Karena hampir setiap saat diberbagai media terus menerus disiarkan rencana acara pelantikan tersebut.
Biarlah saya terus menerus menulis tentang Jaminan Sosial, dan Kebijakan Publik lainnya yang dilakukan penyelenggara negara, supaya rakyat semakin paham dan lebih terlatih untuk terus berpikir.
Sebab Allah SWT, mengingatkan umatnya untuk terus berpikir, terus menggunakan akal, tentu akal yang sehat. Dengan demikian saraf-saraf otak kita tetap rimbun dan mengisi penuh ruang-ruqang kosong di batok kepala kita.
Jika kita sering dan selalu berpikir, apalagi diikuti dengan berzikir, kata para ahli juga dapat me minimalis kepikunan, kelupaan, dan dapat bernarasi dengan baik, dan ber substansi.
Begitu saja tangan saya, tergerak menulis sesuatu sebagai ungkapan pikiran saya kepada Presiden Jokowi yang dilantik hari ini. Pada awalnya tidak ada niat untuk itu. Tetapi karena di kepala ini penuh dengan pertanyaan yang terus menggelitik dalam melihat situasi bangsa dan negara kita akhir-akhir ini, tidak ada salahnya saya tuangkan dalam tulisan ditengah malam yang dingin karena AC yang terus hidup untuk menghindari banyaknya nyamuk.
Saya berharap dan juga tentu harapan masyarakat, setelah pelantikan, segera umumkan Kabinet Pemerintah Jokowi, sebagai suatu The Dream Tim, dan langsung bekerja. Tidak perlu lagi ada acara-cara seremonial yang tidak perlu mengingat situasi masyarakat yang dibayangi berbagai situasi yang tidak menguntungkan baik secara ekonomi, maupun sosial dan bahkan suhu politik yang tinggi dengan maraknya demo mahasiswa.
Sebagai catatan dari kami yang melihat perjalanan pemerintah Jokowi periode pertama selama 5 tahun, secara fisik fakta menunjukkan banyak yang sudah dicapai. Tetapi sayangnya masih kedodoran dari aspek kehidupan sosial masyarakat, ekonomi mikro, hubungan vertikal pemerintah dengan masyarakat, dan hubungan horizontal antar kelompok masyarakat, cenderung mengalami defisit. Seperti defisitnya dana JKN.
Pejabat boleh silih berganti, kebijakan dapat berubah, tetapi kehidupan harus terus berjalan. Negara dan bangsa Indonesia dengan ideologi Pancasila, dan UU dasar 1945, dan NKRI, tidak boleh berhenti atau tereduksi karena perbedaan pendapat, pemahaman yang salah atau gagal paham.
Upaya mereduksi tersebut, sering tanpa disadari oleh sebagian masyarakat dan sebagian penyelenggara negara, bahkan seolah-olah sudah sangat militan menjalankan Pancasila dan mengawal NKRI dengan jargon semuanya itu harga mati. Tapi bagaimana bentuk amal ibadahnya, implementasinya, penghayatannya, interaksi sosialnya, semakin tidak jelas bahkan ada yang menyimpang. Akhirnya terjadi saling tuduh, saling fitnah, buzzer bekerja memburu rente.
Presiden Jokowi yang selalu tabah dan sabar, mudah-mudahan juga tawakkal, setelah pelantikan hari Minggu 20 Oktober 2019, hari Seninnya adalah hari kerja (tidak libur), anda harus segera mulai bekerja membentang peta dan dash board di Istana, untuk melihat peta persoalan negara dan masyarakat terkini.