Lihat ke Halaman Asli

Chazali H Situmorang

TERVERIFIKASI

Mantan Ketua DJSN 2011-2015.

Panglima Talam, di Sekitar "Raja"

Diperbarui: 6 Maret 2019   23:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Oleh : Dr. Chazali H. Situmorang, Pemerhati Kebijakan Publik-Dosen FISIP UNAS.

 ( Sang Bayu-Batak Melayu).

*******

Sekelumit cerita

"Memanglah sedap asam pedas ni, ya Bang?" kata Atan pada Pudin ketika mereka makan ramai-ramai selepas gotong royong kampung.

"Alhamdulillah," jawab Pudin menghentikan suapnya.  "Ini nikmat selepas gotong royong; kita dah lapar, masakan ibu-ibu kita ni panas, makan ramai-ramai.""Tambah sedap lagi bila makannya berebut-rebut pakai talam besar," timpal Awang."Tapi talam tu bukan untuk tempat makan, Wang." Kata Atan ikut berhenti menyuap.

"Aku pernah ikut kenduri adat makan pakai talam, terjadi tarik menarik paha ayam.  Karena tangan tak menyentuh mulut, kejadian tu malah buat kita jadi akrab," tambah Awang.

"Sebetulnya talam itu untuk mengangkat hidangan. Mungkin orang dulu cari mudahnya, makan sekali disitu.  Tradisi bagus juga asal kau jangan jadi panglima talam aja," kata Atan.

"Apa maksudnya tu, Tan?" Tanya Awang.  Atan diam saja dan menunggu jawaban Pudin.

"Nanti selesai makan kita lanjutkan," jawab Pudin meneruskan makan.

Sehabis makan Pudin  menggabik ketiga kawannya untuk mendekat. Lalu dia bercakap: "Talam kan lebar, bisa untuk mengangkat banyak makanan.  Bila orang dihampiri yang mengangkat talam, tentulah senang karena akan dapat makanan, meskipun bukan dia yang masak."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline