BEBERAPA hari ini media sosial khususnya di Indonesia diributkan dengan kasus plagiarisme yang diduga dilakukan oleh seorang siswi bernama Afi Nihaya Faradisa atau Afi.
Afi, namanya menjadi viral akibat tulisan-tulisannya yang out of the box, melebihi cara berpikir kawan sepantaran usianya.
Dari yang saya ikuti dari beberapa postingannya, cara berpikirnya sangat hebat sekali. "Wah pasti ini anak banyak membaca buku-buku filsafat neh, dan uptodate mengenai perkembangan-perkembangan isu-isu dunia, khususnya isu SARA dan intolerensi yang menghinggapi nektar dalam kancah dunia perpolitikan di negeri ini beberapa waktu lalu.
Afi, hadir membawa kesegaran lewat tulisan-tulisannya. Kala itu, dia ibarat oase di padang gurun, yang memberikan kelegaan bahwa masih ada calon pemikir muda di negeri ini, di saat pemikir tua mengkotak-kotakkan cara pandangnya dan di saat rekan sepermainan Afi lebih memilih hedon dan alay dengan gaya mereka sendiri. Tapi Afi tidak. Dia justru menuangkan buah pikirannya lewat tulisan digital.
Anak ini hebat. Pikirku. Kala itu.
Saya pun menekan tombol 'LIKE' pada akun Facebook miliknya.
Hingga satu dari tulisannya WARISAN viral.
Ibarat pohon, makin tinggi makin kencang angin yang berhembus. Kehadiran Afi lewat tulisannya memicu pro dan kontra.
"Calon pemikir hebat" kata pro (saya termasuk bagiannya. Kala itu)
"Ah anak ingusan yang gagal alay bisa-bisanya buat tulisan seperti itu. Pasti juga njiplak" kata kontra.
Pro-Kontra makin menjadi. Afi makin DIKENAL. Bahkan tokoh pimpinan tertinggi Negeri ini, Mr President Joko Widodo mengundangnya ke Istana Negara.