Mahasiswa/i Malang pasti sudah tidak asing dengan daerah ‘distrik kopi Sudimoro’ atau ‘kopi sawah patung pesawat lurus’. Kira-kira apakabar yaa daerah tersebut di tengah pandemi covid-19? Mari kita simak bersama kondisinya. Daerah Sudimoro telah menjadi perkopian dengan berbagai tampilan, mulai dari coffee shop dengan interior menarik hingga gubug-gubug di tengah sawah. Sebelum adanya covid-19, daerah sudimoro menjadi tempat yang tidak pernah sepi pengunjung pada sore menuju malam hari. Hal ini dikarenakan banyak mahasiswa/I yang berkumpul di berbagai kedai kopi, seperti nongkrong dengan teman-teman, menugas, ataupun sekadar menikmati kopi. Namun, semuanya hilang saat covid-19 muncul di wilayah Malang. Pihak pemerintah Malang telah melarang aktifitas di atas jam 20.00, sehingga patrol pihak aparat polisi dan Satpol PP berusaha mengamankan tempat-tempat keramaian. Tempat makan, kopi, dan beberapa yang mengundang keramaian dilarang, sehingga mereka hanya melayani take away atau delivery order. Alhasil, surat keputusan yang dikeluarkan berdampak pada kedai-kedai kopi.
Ketika masa pandemi covid-19 kita dapat melihat daerah Sudimoro sepi, seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan. Daerah ini bisa dibilang sebagai ladang uang untuk berbagai pihak, tidak hanya untuk kedai kopi saja tapi penjaga parkir pun juga. Kini kedai kopinya banyak yang tutup yang berdampak pada berbagai pihak, mulai dari barista, tukang parkir, dan distributor perkopian. Beberapa kedai kopi yang tutup terpaksa untuk merumahkan baristanya, sehingga distributor perkopian juga diberhentikan sementara. Keberadaan tukang parkir kini juga sudah menghilang karena kedai-kedai yang tutup, sehingga mereka tidak memiliki penghasilan.
“Banyak pihak yang merasakan imbas dari covid-19. Karyawan, jaga parkir, bahkan distributor yang menyediakan bahan-bahan buat kedai kita… kayak distributor susu, es batu, dan lain-lain. Para penjaga parkir, mereka nggak kerja apa-apa… ya luntang-lantung. Terkadang mereka jadi ojek atau sekadar bantu-bantu orang.” Ujar Eri, pemilik kedai kopi
Sebenarnya tidak semua kedai kopi terpaksa tutup, tetapi beberapa dari mereka hanya melayani delivery order dan take away saja. Lalu, beberapa kedai juga menyajikan kopi-kopi di botol ukuran 1 liter untuk para penikmat kopi. Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk mempertahan ekonomi kedai kopi, sehingga mereka memiliki pemasukan. Namun, mereka merubah jam buka kedainya menjadi lebih pagi sekitar pukul 09.00 atau 10.00 dan close order menjadi pukul 20.00. Jika sebelumnya wilayah Sudimoro hidup hingga pukul 00.00 malam, maka saat ini di atas pukul 20.00 telah sangat sepi. Dengan demikian, pandemi covid-19 sangat berdampak pada bisnis perkopian di wilayah Sudimoro.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H