Lihat ke Halaman Asli

Gemerlapnya Panggung Politik Indonesia Tak Segemerlap Namanya

Diperbarui: 24 Juni 2015   07:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Acap kali kita menonton tayangan di televisi selalu saja ada berita mengenai kisruhnya dunia politik di Indonesia yang secara tidak langsung membuat redup panggung politik yang dulu gemerlap bak bintang di langit. Hal itu ditandai dengan adanya beberapa kasus. Kita ambil saja contoh kasus Anas Urbaningrum (AU) yang sedang panas-panasnya diperbincangkan oleh para lakon panggung politik itu sendiri serta masyarakat yang menjadi penonton pasif. AU yang jelas-jelas sebagai Ketua Partai Demokrat malah menjelekkan partainya sendiri padahal itu wadah yang ia sandarkan ketika baru mulai masuk ke dunia Politik. Sungguh ironi memang keadaan dunia politik yang sekarang jauh berbeda dengan politik yang terdahulu. Perubahan yang terjadi bukannya semakin baik namun malah sebaliknya. Mulai dari dua partai, lalu hingga sekarang berjumlah 44 partai ditambah lagi dengan beberapa partai yang akan ikut dalam pemilu 2014. Banyaknya partai tak membuat banyaknya rakyat yang bebas dari himpitan ekonomi. Penurunan kualitas ini sangat disayangkan, bermula pada masyarakat yang telah mempercayakan negara ini kepada para partai politik namun sangat disayangkan peran partai yang seharusnya menyukseskan negara dan masyarakat justru yang sekarang terjadi sebaliknya. Partai yang satu bersitegang dengan partai yang satu lagi, kemudian terjadi pembocoran-pembocoran dan insiden memalukan yang dilakukan oleh kader masing-masing partai. Menurut Budiardjo (2003), ada empat fungsi partai politik, yaitu komunikasi politikpartai politik bertugas menyalurkan beragam aspirasi masyarakat dan menekan kesimpangsiuran pendapat di masyarakat, sosialisasi politikdalam usahanya untuk memperoleh dukungan luas masyarakat, partai politik akan berusaha menunjukkan diri sebagai pejuang kepentingan umum”, rekruitmen politikpartai politik memiliki fungsi untuk mencari dan mengajak orang yang berbakat untuk aktif berpolitik sebagai anggota partai politik tersebut (political recruitment)” dan pengelolaan konflik partai politik bertugas mengelola konflik yang muncul di masyarakat sebagai suatu akibat adanya dinamika demokrasi, yang memunculkan persaingan dan perbedaan pendapat”. Dalam keempat fungsinya itu justru parpol (partai politik) malah mangkir. Pada fungsi keempat pengelolaan konflik, justru parpol itu sendiri yang membuat konflik ibarat dalam teater dimana ada beberapa adegan yang pada puncak alur cerita sampailah pada titik klimaks dimana konflik dimainkan diatas panggung oleh para lakonnya, yang notabene adalah para petingginya sendiri. Kini peran partai dalam panggung politik bukan lagi sebagai pengelola melainkan sebagai yang dikelola, maksudnya adalah parpol justru diruntuhkan oleh masalahnya sendiri dimana perannya bukan sebagai pengelola, melainkan yang dikelola oleh masalahnya sendiri. “Mau sampai kapan membuat masalah? Ayolah para petinggi negara yang terhormat, sadarlah oleh embanan tugasmu jangan kau hanya sibuk dengan masalahmu sendiri!” Masyarakat ingin kemajuan negara dan juga kemajuan rakyatnya, harapan yang rakyat taruhkan pada pemimpin selanjutnya di putaran pemilu 2014 adalah pemimpin yang benar-benar mengayomi serta menyukseskan negara dan rakyatnya bukan hanya obral janji!

“Pemimpin yang maju adalah pemimpin yang bisa mewujudkan perubahan bukan hanya wacana”.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline