Lihat ke Halaman Asli

Berperan atau Diperankan?

Diperbarui: 24 Juni 2015   11:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebuah Esai oleh Charoline Vinche

Acap kali kita menonton tayangan di televisi selalu saja ada tayangan berita yang melaporkan kisruhnya dunia politik di Indonesia, yang secara tidak langsung membuat redup panggung politik yang dulu gemerlap liar bak bintang di langit. Adanya unsur ketidakpercayaan masyarakat terhadap para petinggi negara juga termasuk alasan kuat penurunan kualitas politik di Indonesia. Hal ini mengakibatkan sebagian besar masyarakat Indonesia kecewa dan mengurangi rasa percayanya terhadap Pemihan Umum (PEMILU) yang katanya langsung, jujur dan adil. Karena dari PEMILU itulah pemimpin negara ini ditetapkan. Meski pemilihannya pun dipilih langsung oleh masyarakat, namun permainan uang didalamnya masih saja terus dilakukan. Sebentar lagi pun masyarakat Indonesia akan menyambut datangnya PEMILU 2014, berbagai perubahan sistem pemilihan kali ini sudah direncanakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), Indonesia akan memakai e-voting. Keutamaan dari penggunaan sistem e-voting adalah Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-KTP) yang diharapkan akan segera disiapkan pada tahun 2012 secara nasional dan telah dicoba di enam kabupaten/kota yakni Padang (Sumatera Barat), Denpasar (Bali), Jembrana (Bali), Yogyakarta, Cilegon (Banten) dan Makassar (Sulawesi Selatan).

Data di lapangan melaporkan bahwa ada nama-nama kandidat yang telah diusungkan namanya, ada yang diusung partainya masing-masing, dan ada juga yang mencalonkan diri. Nama-nama itu diantaranya yang telah melakukan deklarasi 1.) Aburizal Bakrie, Ketua Umum Partai Golkar, 2.) Hatta Rajasa, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI dan Ketua Umum Partai Amanat Nasional, 3.) Prabowo Subianto, Mantan Panglima Komando Strategis dan Cadangan Angkatan Darat (Kostrad) dan Kandidat Wakil Presiden 2009, 4.) Wiranto, Mantan Panglima TNI, Calon Presiden 2004, Calon Wakil Presiden 2009, dan Ketua Umum Partai Hanura. Sedangkan nama-nama calon yang terdengar akan mencalonkan atau diusungkan diantaranya 1.) Endriartono Sutarto, Mantan Panglima TNI, 2.) Megawati Sukarnoputri, Mantan Presiden, 3.) Jusuf Kalla, Mantan Wakil Presiden, 4.) Ani Yudhoyono, Ibu Negara Indonesia, 5.) Mohammad Mahfud, Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, 6.) Sri Mulyani Indrawati, Direktur Pelaksana Bank Dunia, Mantan Menteri Keuangan, 7.) Dahlan Iskan, Menteri Badan Usaha Milik Negara, 8.) Pramono Edhie Wibowo, Panglima Angkatan Darat, 9.) Sutiyoso, Mantan Gubernur DKI Jakarta, 10.) Anas Urbaningrum, Mantan Ketua Umum Partai Demokrat, 11.) Djoko Suyanto,Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, 12.) Anies Baswedan, Rektor Universitas Paramadina, 13.) Irman Gusman, Senator dan Ketua Dewan Perwakilan Daerah, 15.) Rhoma Irama, Musisi Dangdut dan Aktor, 16.) Surya Paloh, Ketua Umum Partai NasDem, 17.) Farhat Abbas, Pengacara, 18.) Emirsyah Satar, Direktur Utama Garuda Indonesia, 19.) Agus Martowardojo, Menteri Keuangan RI & Gubernur BI terpilih, 20.) Tukul Arwana, Artis Indonesia, 21.) Iwan Fals, Penyanyi legendaris, 22.) Isran Noor, Bupati Kutai Timur, 23.) Rizal Ramli, ahli ekonomi dan politisi Indonesia, 24.) Gita Wirjawan, Menteri Perdagangan, 25.) Joko Widodo, Gubernur DKI Jakarta.

Dari nama-nama kandidat tersebut tertera nama Anas Urbaningrum (AU) yang sedang panas-panasnya diperbincangkan oleh para lakon panggung politik itu sendiri serta masyarakat yang menjadi penonton pasif. AU yang jelas-jelas sebagai Ketua Partai Demokrat malah menjelekkan partainya sendiri padahal itu wadah yang ia sandarkan ketika baru mulai masuk ke dunia Politik. Sungguh ironi memang keadaan dunia politik yang sekarang jauh berbeda dengan politik yang terdahulu. Perubahan yang terjadi bukannya semakin baik namun malah sebaliknya. Mulai dari dua partai, lalu hingga sekarang berjumlah 44 partai ditambah lagi dengan beberapa partai yang akan ikut dalam pemilu 2014. Banyaknya partai tak membuat banyaknya rakyat yang bebas dari himpitan ekonomi. Penurunan kualitas ini sangat disayangkan, bermula pada masyarakat yang telah mempercayakan negara ini kepada para partai politik namun sangat disayangkan peran partai yang seharusnya menyukseskan negara dan masyarakat justru yang sekarang terjadi sebaliknya. Partai yang satu bersitegang dengan partai yang satu lagi, kemudian terjadi pembocoran-pembocoran dan insiden memalukan yang dilakukan oleh kader masing-masing partai.

Kali ini pemuda Indonesia akan berperan atau sebaliknya justru diperankan oleh pemain-pemain lakon diatas, yang bisa dikatakan diantara para pemain lakon tersebut terdapat beberapa yang palsu, bukan pemain asli ?

Ini saatnya tunas bangsa yang berwawasan luas serta berpendidikan haruslah menggantikan mereka dalam lakon politik yang sesungguhnya. Hindari kericuhan anarkis yang membuat nama mahasiswa hancur, ketahuilah para kaum muda masih banyak cara untuk merampungkan kasus-kasus tersebut. Inilah saatnya kalianlah yang memainkan lakon tersebut, dengan perubahan-perubahan ornamen disetiap penyelesaian perkaranya.

Menitikberatkan segala permasalahan pada pemerintah itu bukan hal yang baik dilakukan oleh seorang yang terdidik, apa lagi permasalahan korupsi. Dimulai dari diri sendiri, baru dengan lingkungan yang cakupannya lebih besar. Tegakkan demokrasi di kampus, bukan menjadi orang yang terlihat pandai berpolitik namun kosong dalam soal praktek, kemudian dimulai dari pemilihan ketua organisasi dikampus. Lakukan dengan langsung, jujur dan adil. Dengan begitu, masyarakat dapat menilai sendiri bahwa permainan lakon palsu telah berakhir dan kini saatnya lakon asli berdiri tegak lurus dengan langit pada PEMILU 2014.

“Jadilah pemimpin yang bermartabat, bermanfaat dan tentunya bermasyarakat”




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline