Lihat ke Halaman Asli

Sirilus

pencinta budaya terutama budaya Manggarai dan filsafat. Juga ingin studi antropologi.

Meminta Kado di Hari Ulang Tahun, Padahal Berpamitan ke Surga

Diperbarui: 28 Februari 2024   18:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi| parokicikarang.or.id

Kisah yang menghampiri hidup dapat berubah seiring berubahnya waktu. Kelahiran awal kehidupan yang sudah pasti dilahirkan setelah Sembilan bulan dalam kandungan ibu. Kematian sesuatu yang tidak pasti waktunya. Mungkin esok disaat tertawa, berjalan, tidur dan lainnya tergantung waktu Tuhan menginginkan kita untuk kembali.

Sore hari di tanggal 23 Februari 2023 hari special untuk saudariku. Hari itu dia akan merayakan hari ulang tahunnya. Hari yang membawa dia ke usia yang ke tiga puluh lima tahun. Dia bekerja sebagai seorang guru sekolah dasar. Memiliki dua orang anak yang masih kecil. 

Saudariku ini adalah guru saya waktu saya masih di bangku sekolah dasar. Waktu itu dia belum memiliki suami dan masih usia dua puluh dua tahun. Setelah menikah dia mengajar di sebuah sekolah dasar sebagai guru honorer selama hampir empat belas tahun. 

Tiba pada tahun 2022 dia lulus PPPK dan di tempatkan di sebuah sekolah yang jauh dari rumah keluarganya. Di tempat dia mengabdi di Manggarai sana belum ada listrik dan jalan masih jalan batu belum ada aspalnya. 

Setiap hari sabtu dia pulang ke rumah suaminya dengan dijemput oleh suaminya. Setelah lulus hampir satu tahun dia mengabdi di tempat sekolah itu. Pada tanggal 23 Februari 2023 di hari ulang tahunnya dia pulang ke rumahnya dan dijemput oleh suaminya.

Peristiwa dihari ulang tahun ini dia merayakan ulang tahun terakhirnya sebab beberapa hari setelah itu dia pergi meninggalkan kami semua. Di hari ulang tahun tanggal 23 Februari 2023 saya datang berkunjung ke rumahnya untuk mengucapkan selamat ulang tahun padanya. 

Saat pintu dibuka, kata yang keluar dari mulutnya, saya pikir kamu membawa kue ulang tahun. Kata dia kepada saya saudaranya. Kata-kata itu yang menjadi permenungan saya setelah dia meninggal. Karena selama di usianya yang ke tiga puluh lima tahun, dia belum pernah sekali meminta kue ulang tahun seperti itu kepada saya. Biasanya dia mempersiapkan sendiri kue ulang tahun. Di hari itu tiba-tiba kata-kata itu yang keluar dari mulutnya.

Saya tidak menjawab perkataannya dan saya hanya diam dan tersenyum. Iya, dia masih dalam kondisi yang sehat. Tidak ada keluhan sakit darinya.  Malam itu kami makan bersama, dan merayakan ulang tahunnya tanpa kue ulang tahun. Sebuah perpisahan yang membuat kami setelah itu menyesal tidak menyediakan kue ulang tahun di hari itu.

Beberapa hari kemudian, tiba-tiba dia berbicara sendiri, padahal tidak ada yang sedang berbicara dengannya. Katanya: lihat bapa ingin meraih tanganku. Bapa ku memang sudah meninggal. Di sore harinya dia meninggal dunia. Sesuatu yang tidak pernah kami bayangkan. Dan sesuatu yang tentu belum kami inginkan. Usia masih muda dan anak-anaknya masih kecil.

Kesaksian Hidup

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline