Lihat ke Halaman Asli

Sirilus

pencinta budaya terutama budaya Manggarai dan filsafat. Juga ingin studi antropologi.

Mengatasi Bullying dengan Hati

Diperbarui: 27 Februari 2024   01:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhir-akhir ini sering kita melihat di media sosial berita mengenai kasus bullying yang dilakukan oleh anak-anak remaja terhadap temannya. Kasus bullying ini mempengaruhi psikis korban dan psikis pelaku. Psikis korban terganggu saat di-bully dan pelaku saat berurusan dengan pihak berwajib. Mengapa peristiwa ini sering terjadi?

Peristiwa bullying ini terjadi bisa diakibatkan oleh film-film yang ditonton oleh remaja. Film-film yang isinya adanya kelompok-kelompok yang keren, gaul dan berkuasa pada suatu tempat hingga ditakuti oleh teman-teman dan seenaknya bertindak.

Film-film itu mempengaruhi pola pikir remaja bahwa menampilkan diri seperti itu akan menjadi keren dan jati diri akan gagah perkasa.

Dari situasi yang terjadi dapat kita lihat bahwa pelaku bullying yang ingin diakui sebagai yang berkuasa pada lingkungan tertentu mempraktikkan tindakan yang tidak terpuji terhadap teman agar teman-teman yang lain takut dan menghargai dia.

Yang patut ditelusuri bahwa sikap seorang anak pelaku bullying saat di rumah dan di luar rumah. Yang menimbulkan orangtua kaget saat berurusan dengan pihak berwajib, dengan anaknya yang terlibat kasus bullying.

Sebagai orangtua mereka kaget dengan sikap anak mereka yang berbeda saat di rumah dan di luar rumah. Apakah pelaku bullying melakukan tindakan seperti itu karena terlalu berlebihan kasih sayang? Atau karena situasi keluarga yang menekannya saat di rumah dan saat berada di luar rumah dia berubah? Jawabannya tentu tergantung dari pola berpikir dan pengalamannya.

Korban bullying juga akan mengalami perubahan dari segi cara berbicara dan bertindak setelah mengalami bullying.

Situasi ini membuat korban tidak nyaman dalam belajar dan dalam dirinya penuh dengan amarah sakit hati dan keinginan untuk membalas.

Akan tetapi, dengan situasi yang ada tidak mampu untuk menunjukkan amarahnya, terpaksa diam dan melampiaskan itu dengan tindakan-tindakan yang dapat dilakukannya saat sendiri, baik menghancurkan barang bahkan bisa melukai diri sendiri.

Tindakan bullying ini adalah tindakan yang keliru dari remaja. Sebagai tindakan keliru karena menghancurkan masa depan teman dan juga masa depannya sendiri. Kalau peristiwa-peristiwa ini masih sering terjadi di kalangan remaja dan tidak cepat diatasi, bisa membuat keinginan untuk menciptakan generasi emas di masa mendatang hancur. Cita-cita itu bisa tidak tercapai.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline