Lihat ke Halaman Asli

Sirilus

pencinta budaya terutama budaya Manggarai dan filsafat. Juga ingin studi antropologi.

Keluarga Binggung Memilih Calon DPRD, Beberapa Calon Keluarga, Begini Solusinya

Diperbarui: 9 Februari 2024   22:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.istockphoto.com/id/vektor/bertanya-diam-gm1443534440-482481685

Pertarungan yang lebih seru, ketat dan penuh ujian yang hebat adalah pertarungan para-calon-calon DPRD. Daerah pemilihan mereka yang tingkat kecamatan tertentu daerah pemilihan yang ruang pemilihnya kecil dan kebutuhan kursi juga sedikit. Calon yang satu dengan calon yang lainya kerapkali memiliki hubungan kekeluargaan. Misalnya saja satu partai dalam satu DAPIL di tingkat daerah memiliki calon dengan jumlah delapan orang dikalikan dengan jumlah partai maka jumlah bakal calonnya adalah hampir mencapai ratusan. Mereka dalam satu dapil memperebutkan tidak sampai sepuluh kursi. Contoh diatas mengambarkan betapa serunya pertarungan mereka. Rakyat juga binggung untuk memilih diantara mereka. Dari beberapa calon misalnya memiliki hubungan dengan dirinya, antara mau memilih siapa akan menjadi binggung. Apakah harus tidak memilih sama sekali. Pertimbangan dari pemilih juga masuk dalam pertimbangan moral.

Situasi seperti ini dapat mendorong terjadinya persoalan social dalam kehidupan bermasyarakat. Persoalan yang bisa terjadi dalam jangka waktu yang lama. Yang menjadi persoalan lagi setelah pemilihan berlangsung salah satu dari mereka lolos sebagai anggota dewan. Maunya tidak ada satupun yang lolos, biar aman dan tidak ada iri hati lagi.  Saya teringat akan perkataan seorang bapak yang merupakan petani tidak memiliki ijazah. Dia katakana: kalian yang anak-anak kami ini yang berijasah membuat masalah dalam masyarakat. Semuanya tidak mau mengalah, mungkinkah kalian bisa merunding agar hanya satu saja yang mengcalonkan diri dan yang lainnya di periode berikut. Persoalannya, ketika satu orang saja yang maju dan lolos diperiode berikutnya tidak mungkin tidak mengcalonkan diri lagi.

Saya tertarik dengan bapakku. Waktu saya masih ingat PEMILU tahun 2019. Ada beberapa calon yang merupakan keluarga datang ke rumah. Mereka membagikan striker dan meminta dukungan serta diundang untuk datang pada saat kompanye. Setiap calon yang datang selalu katakana demikian. Jawaban dari beliau selalu sama. Siapapun yang saya pilih nanti itu hanya saya dan Tuhan yang tahu. Saya tidak akan hadir dalam kompanye kalian supaya tidak ada kecemburuan social. Jadi, pemikiran ayah saya memperlihatkan demokrasi yang positif. Ketika dia mempertimbangkan secara moral yang sedang terjadi.

Solusi Memilih Calon DPRD yang Lebih Dari Satu Calon Adalah Keluarga

Solusinya menurut saya adalah yang pertama, menunjukkan demokrasi yang positif dengan tidak hadir dalam pertemuan kompanye dari calon manapun. Tidak boleh secara terbuka menunjukkan pilihan pada satu orang saja. Dengan demikian para calon itu tidak akan mengetahui arah suara kita nanti memilih yang mana. Kedua, membagi secara adil suara dalam keluarga. Dengan demikian semuanya merasakan ada dukungan dari keluarga.

Solusi-solusi ini menurut saya dapat menghindari terjadinya konflik social dalam keluarga dan di tengah masyarakat. Dan para calon yang mengcalonkan diri yang merupakan keluarga semuanya dipanggil ke tengah keluarga untuk membuat kesepakatan bahwa siapapun yang menang, yang kalah tidak boleh iri hati dan bermusuhan. Karena kita semua adalah satu atap. Mungkin saatnya dia itu yang menang dan rejekimu yang kalah di lain waktu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline