Lihat ke Halaman Asli

Sirilus

pencinta budaya terutama budaya Manggarai dan filsafat. Juga ingin studi antropologi.

Memilih dengan Bijak, Memilih yang Terbaik dengan Kriteria

Diperbarui: 9 Februari 2024   02:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pemimpin itu sosok yang bijaksana, rendah hati, beretika baik dan mampu mencintai. Sosok pemimpin yang seperti ini akan selalu dirindukan dan dicintai oleh orang lain. Sosok pemimpin yang dicintai karena kemampuan memimpin dapat dianggap sebagai sosok yang berkharisma. Negara kita selalu melahirkan pemimpin-pemimpin yang seperti ini. Ketika dalam hal pemilihan CAPRES dan WAPRES, calon anggota legislative, kepala daerah dan sebagainya dibidang pemerintah yang melalu proses dipilih rakyat. Tentu para calonnya memiliki charisma untuk memimpin. Menjadi calon pemimpin tentu bukan hanya berdasarkan uang, kemauan pribadi tetapi karena dorongan orang lain, rakyat, dan orang terdekat yang merasa bahwa dirinya mampu menjadi pemimpin untuk banyak orang. Kriterianya adalah jejak-jejak kehidupan yang telah dilaluinya. Akan tetapi, ketika seseorang dijinkan oleh KPU untuk menjadi calon yang dipilih melalui proses pemilu, secara logika berarti individu itu memiliki jejak-jejak positif dalam hidup. Jejak-jejak yang mampu menjawab tantangan yang lebih besar. Bukan karena usia, bukan pula karena kekayaan, tetapi charisma kepemimpinan.

Dari judul diatas saya ingin mengungkapkan bahwa calon-calon yang diijinkan oleh KPU untuk sebagai calon adalah calon-calon pemimpin yang terbaik. Kemudian tidak ada calon-calon pemimpin yang terburuk. Sebab kriteria terburuk itu sangat luas. Kenapa seseorang korupsi? Tujuan utama menjadi pemimpin adalah untuk memimpin. Ketika dia melakukan korupsi, tidak boleh kita secara blak-blakan mengklaim bahwa dia buruk, perlu diperhatikan secara moral alasan melakukan korupsi. Kemungkinan melalukan korupsi karena tekanan tertentu bukan tujuan awal mencalonkan diri untuk korupsi.

Dalam melihat CAPRES dan CAWAPRES secara khusus saat ini, menurut saya semuanya yang terbaik untuk memimpin bangsa ini kedepannya. Sebagai rakyat saya melihat bahwa ketiga pasangan calon itu memiliki keunggulan masing-masing dan juga sikap kebaikan dan saling menghormati. Siapapun yang dipilih oleh rakyat adalah yang paling terbaik dari yang terbaik menurut rakyat, bukan menurut akademisi, atau bukan menurut ahli-ahli yang mampu melihat kemampuan intelektualnya. Jadi yang menang adalah yang terbaik menurut rakyat. Entah rakyat memilih mereka itu berdasarkan pemahaman atas tawaran pasangan calon yang disampaikan, dipengaruhi orang terdekat atau tokoh-tokoh berpengaruh sekitar atau karena keviralannya di media social. Jadi tetap kita harus mengakui bahwa yang menang adalah yang terbaik menurut rakyat. Rakyat menaruh kepercayaan kepada mereka untuk beberapa tahun kedepannya.

Pilihan ada pada rakyat untuk menentukan kemajuan bangsa ini kedepan. Rakyat harus benar-benar dengan bijak menilai tawaran yang disampaikan oleh pasangan calon. Apakah tawaran yang disampaikan sesuai dan pernah terbukti dalam jejak-jejak kepemimpinannya. Dan kebaikannya pernah dirasakan oleh orang lain. Menurut saya semua pasangan calon memiliki jejak-jejak yang terbaik. Terkadang kebaikan kita sebagai manusia tidak diekspos oleh media dan tidak selamanya kebaikan ditunjukkan atau dipamerkan bahwa telah melakukan kebaikan. Jika kebaikan dipamerkan itu adalah ketidaktulusan. Oleh karena itu, calon-calon yang ada adalah semuanya memiliki jejak-jejak yang baik.

  Perlu diingat bahwa kriteria pemimpin yang terbaik adalah bijaksana, bertanggungjawab dicintai banyak orang dan dirindukan oleh banyak orang. Pemimpin yang diinginkan oleh orang lain agar tetap menjadi pemimpin dan tidak boleh tergantikan. Pemimpin yang mampu mengambil keputusan secara bijaksana dan mempertimbangkan demi kepentingan banyak orang bukan kepentingan diri sendiri atau sekelompok tertentu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline