Natal tahun ini memang terasa berbeda dengan natal sebelumnya. Natal sebelumnya kira bisa bebas ke gereja. Setelah misa foto bersama dan penuh sukacita di dalam gereja. Dekorasi natal di gereja menambah keindahan hari natal di tahun sebelumnya karena kita menyaksikan itu. Natal tahun ini tidak semua orang bisa menyaksikan itu. Di kota Malang perayaan natal tidak bisa semua orang ikut ambil bagian dalam misa gereja. Sebagian orang hanya menyaksikan misa secara online.
Natal dengan misa secara online tetap sukacita bagi saya dan mungkin sebagian orang. Dalam hati tetap penuh sukacita menyambut kelahiran Sang Juru selamat Yesus Kristus. Meskipun sederhana tetap memuji Tuhan dan merayakan natal bersama teman. Dengan minum kopi dan makan kue seadanya saja di kos.
Natal secara online ini di tanah rantauan membawa kerinduan mendalam akan keluarga di kampong halaman. Saya secara pribadi sudah enam tahun tidak pernah merayakan natal bersama keluarga. Dan di tahun ini dengan tidak merayakan natal di gereja kerinduan itu semakin mendalam. Tetesan air mata pun terjadi.
Dalam merayakan misa secara online ini saya yang menyaksikan dan melihat dekorasi natal di gereja melalui layar hanphone saja dalam hati ada kerinduan untuk berfoto di gereja. Di kota Malang memang protocol kesehatannya ketat. Yang mau mengikuti misa di gereja harus daftar terlebih dan itu pun dalam jumlah yang terbatas. Itu yang saya tahu sejauh ini.
Protokol kesehatan benar-benar diperhatikan demi kebaikan bersama dan saya melihat bahwa umat katolik juga mematuhi protocol kesehatan itu. Mereka tidak melawan aturan dengan tetap ke gereja. Saya menyaksikan anak-anak kos yang beragama katolik rela mengikuti misa secara online saja. Mereka tidak keras kepala dengan tetap ke gereja melawan aturan. Menurut saya inilah contoh yang baik sebagai anak bangsa.
Sebagai anak bangsa yang hidup bersama orang lain memang harus mematuhi aturan Negara. Dan mahasiswa-mahasiswa katolik mematuhi itu. Luar biasa sekali. Ada kecintaan terhadap bangsa.
Saya menceritakan pengalaman natal saya ini ke keluarga saya yang ada di Manggarai sana. Saya menceritakan bahwa disini tidak bisa merayakan misa di gereja karena jumlah umat yang bisa merayakan misa di gereja terbatas jumlahnya. Mereka pun menceritakan bahwa kalau mereka baru saja pulang dari gereja. Suasana natal tetap penuh sukacita di gereja di kampong halamanku.
Mendengar cerita ini dalam hati saya merenung dan mengatakan coba saya pulang dan misa di kampong dulu. Pasti saya dapat merayakan misa secara langsung di gereja. Udahlah demi nasib aku tetap kuliah saja dulu, ungkapku dalam hati. Mungkin ada waktunya natal bersama keluarga.
Saya juga saling membagi cerita dengan beberapa teman mahasiswa di kota malang. Mereka menceritakan bahwa suasana natal tahun ini memang beda. Meskipun beda dalam hati mereka tetap ada sukacita, karena Tuhan Yesus sudah lahir untuk menebus dosa kita. Yang terpenting bagi mereka katanya batin kita sudah siap untuk bertobat dan menyambut Yesus. Kita doakan saja semoga tahun depan tidak seperni ini lagi.
Saya mengatakan bahwa ini adalah natal pertama kali selama saya hidup seperti ini. Saya baru pertama kali merayakan natal dengan mengikuti misa online dan penuh dengan banyak aturan. Ini sebagai tantangan bagi kita bersama. Untuk menguji iman kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H