Lihat ke Halaman Asli

Sirilus

pencinta budaya terutama budaya Manggarai dan filsafat. Juga ingin studi antropologi.

Menulis, Menjahit dengan Kaki dan Bernyanyi Keren, Mukjizat Itu Nyata

Diperbarui: 19 Desember 2020   22:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar ini diambil dari sebuah media. Orang yang saya maksud bukanlah orang ini.https://jateng.inews.id/berita/terlahir-tanpa-tangan-kuswati-buruh-difabel-berkarya-dengan-jari-kaki

            

Menulis, menjahit dan Suara Keren dalam bernyanyi adalah sosok seorang ibu yang akan saya bagikan dalam tulisan ini. Saya mengenal seorang yang mengalami keterbatasan fisik pada tahun 2016. Saya begitu kaget melihat hasil kreativitas dari ibu ini. wajahnya cantik, kulit putih dan rambut panjang. Aku katakan cantik sekali. dia memiliki keterbatasan fisik pada tangannya yang satu, yang terpotong di bagian lengan. Dibalik kekurangan fisiknya dia memiliki banyak kelebihan. Menurut saya kelebihan dari ibu ini melebihi apa yang ada dalam diri saya. Dia tidak malu dengan keterbatasan fisiknya, dia tetap ramah dengan orang sekitarnya. Baginya keterbatasan yang ada dalam dirinya sebagai sebuah rencana Tuhan dalam hidupnya.

Dia yakin dan percaya bahwa dibalik kekurangan yang ada dalam dirinya pasti ada kelebihan. Dia juga yakin dan percaya bahwa Tuhan mencintainya. Untuk itu dia tidak pernah menyesal dengan keterbatasan yang ada pada dirinya.

Dia selalu bersyukur dalam hidupnya. Saya merasa terharu dengan ibu ini yang penuh semangat dalam menjalankan hidup dalam keterbatasannya. Dia tidak menyerah. Dia menghadapi setiap bullying dari orang lain dengan senyuman. Lalu kita yang memiliki kelengkapan fisik hidup dalam penuh penyesalan. Terkadang stres hingga berujung pada tindakan bunuh diri. Adakan yang seperti itu. Ada juga yang tidak menerima diri apa adanya meskipun memiliki kelengkapan fisik. Masih merasa kurang cantik dan kurang ganteng.

Ibu ini hidup dalam penuh kesadaran akan pentingnya hidup dan menjaga kepercayaan Tuhan pada diri. Untuk merawat kehidupan, berbagi dan berjiwa sosial dengan sesama yang ada sekitar. Ibu ini yakin dan percaya bahwa begitu banyak orang yang mencintainya dan untuk itu dia pun mencintai semua orang.

Dalam kehidupan sehari-hari selama tingal dengan ibu ini, saya tidak menemukan kesedihan di wajah ibu ini. dia selalu menampilkan wajah cantik. Selalu tersenyum dan ramah setiap kali kita menyapanya. Dia mungkin sadar bahwa sebagai manusia kita harus ramah kepada setiap orang. Dia paham bahwa dia manusia hidup dalam ruang lingkup sosial, maka dia harus membangun relasi dengan setiap orang.

Saat pertama kali saya datang ke tempatnya, dia selalu mengatakan bahwa hidup harus selalu bersyukur. Karena  hal yang kita miliki sekarang adalah dari Tuhan. Dia juga mengatakan bahwa kita tidak boleh sombong dan egois. Jangan berpikir bahwa kamu memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain misalnya, pandai, kaya. Kemudian kamu tidak menghargai orang lain. Kamu tidak menanggapi setiap sapaan dari orang yang menurut kamu lemah. Ingat dia juga memiliki kelebihan yang tidak kamu miliki. Hanya dia belum neyadari kemampuan yang ada dalam dirinya.

Mendengar perkataan dari ibu ini saya menjadi sadar akan kehidupan yang saya jalani selama ini. saya menjadi sadar bahwa saya selama ini terlalu sombong dan egois dalam hidup. Saya terkadang hidup hanya menghargai mereka yang memiliki kelebihan dan melebih saya. Sedangkan mereka yang lemah tidak saya hargai. Saya juga mengatakan dalam hati bahwa dia yang memiliki kekurang saja sadar akan pentingnya sesama. Lantas saya tidak pernah menyadari itu. Berikut saya akan menampilkan aktivitas dari ibu ini, diantaranya:

Menjaga Kios

Ibu ini bekerja dengan menjaga kios dari sebuah panti asuhan. Dia bekerja dan hasilnya untuk diserahkan ke panti asuhan. Artinya di bekerja untuk panti asuhan. Di dalam panti asuhan itu ada banyak orang yang memiliki keterbatasan fisik, ada yang tidak bisa berjalan, dan sebagainya.

Ibu ini menjaga kios ini dengan sepenuh hati. Dia tidak memikirkan berapa uang yang akan dia peroleh. Baginya tergantung pemberian dari pemimpin panti asuhan dia akan menerima pemberian itu. Saya dalam menemani ibu ini dalam menjaga kios kagum dengannya. Dia masih bisa meluangkan waktu untuk memasak dengan keterbatasan fisiknya itu. Dia masih bisa menyiapkan makanan untuk saya dan dirinya. Hebat benar menurut saya. Kalau yang memiliki fisik secara lengkap saja tidak melayani dengan sepenuh hati. Tidak mau memasak untuk kita, dan ada iri dalam hati dengan mengungkapkan dalam hati ngapain saya melayaninya. Tidak dengan ibu ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline