Nasibmu tidak boleh seperti kami dan kamu mesti lebih baik dari kami.
Biarlah kami makan dua kali sehari, berpakaian compang-camping yang penting kamu sarjana anakku.
Akan tetapi lupa diri akan membuat masa depanmu hancur, ingatlah pengorbanan kami.
Orang tua selalu menginginkan yang terbaik dalam hidup anak-anaknya. Mereka menginginkan agar anak-anak darah mereka sukses, mendapatkan kerja yang ringan dan dapat mengangkat martabat keluarga. Orang tua akan merasa bahagia bila anaknya menjadi kebanggaan buat orang banyak.
Tidak mengherankan jika sejak anak-anak masih kecil, mereka sering menasihati agar bersikap sopan santun dan rajin belajar. Bahkan juga orang tua mendidik anaknya dengan keras, agar anak-anak mereka mau berjuang dalam hidup. Dan sebagai anak yang baik pasti akan rajin belajar demi mencapai harapan dari orang tua. Dia tentu mengerti apa yang menjadi kerinduaan dari orang tuanya.
Tidak mengherankan jika seorang anak yang memiliki motivasi yang kuat untuk sukses selalu mendengar dengan setia nasihat orang tuanya. Apa yang dibicarakan orang tuannya diresapkan dalam hatinya untuk dijalankan dalam hidup sebagai seorang anak.
Dalam perjuangannya sebagai anak tentu dia akan selalu mengingat pengorbanan orang tuanya demi hidupnya kelak. Akan tetapi selalu ada anak yang melawan dan tidak mendengar nasihat orang tua. Anak-anak akan gagal dalam hidupnya dan pada titik tertentu dia akan menyesal "coba dulu saya mendengar" nasihat dari orang tua.
Demi Anak Sarjana
Banyak hal yang dilakukan oleh orang tua demi melihat anaknya menjadi seorang sarjana. Demi menyaksikan anaknya memakai pakaian wisuda dan didampinginya. Oleh karena itu sebagai orang tua mereka bekerja keras mencari uang. Mereka mau utang ( meminjam uang) dengan bunga yang tinggi pada orang lain demi kesuksesan anak. Bahkan ada orang tua yang hanya makan dua kali sehari bahkan satu kali sehari, karena uang habis kirim untuk anak di bangku kuliah. Sebagai orang tua mereka rela hanya makan daun ubi lebih banyak dibandingkan nasi, demi anak.