Lihat ke Halaman Asli

Sirilus

pencinta budaya terutama budaya Manggarai dan filsafat. Juga ingin studi antropologi.

Harga Rokok Mahal, Uang di Dompet Menipis, Kesehatan Terkuras Bagaimana dengan Remaja yang Merokok

Diperbarui: 1 Oktober 2019   13:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam bungkusan Rokok ada tertulis: Merokok menyebabkan kanker, serangan jantung dan sebagainya berkaitan dengan bahaya merokok. Di bungkus rokok tertulis dengan terang-terangan tanpa tersembunyi. Tulisan itu tidak mempengaruhi perokok untuk jera dalam merokok. Malahan perokok mengkritik dengan spekulasi merokok tidak merokok pada akhirnya tetap meninggal. 

Keterangan dalam bungkus rokok itu malahan membuat perokok semakin aktif dalam merokok dan menghabiskan lebih banyak batang rokok lagi dalam sehari-hari. Bagi orang-orang yang rishi memandang luka-luka, melihat gambar-gambar yang ada dalam bungkus rokok akan membuat dia takut, dan menjauhi rokok. Akan tetapi bagi perokok gambar-gambar itu malahan membuat dia semakin tertantang, untuk terus merokok. Singkat kata, rokok bagi perokok sudah menjadi menu setiap hari yang harus ada, dan tidak boleh tidak ada. Kalau tidak ada rokok, semangat hidup semacam hilang.

Dari hari ke hari, harga rokok semakin meningkat, satu bungkus rokokberkisar antara Rp. 10.000 sampai Rp. 25.000/ bungkus. Harga ini akan menguras sedikit pendapatan orang setiap harinya dan menyebabkan orang tidak bisa menabung. Bahkan mengakibatkan kemiskinan. Sebuah contoh, seorang petani yang berpenghasilan Rp. 70.000/hari, dan dalam sehari menghabiskan sebungkus rokok yang harganya Rp. 15.000. berarti penghasilannya dari Rp. 70.000 kurang Rp.15.000 jadi Rp. 55.000. Data singkat ini menunjukkan bahwa dia hanya memiliki uang Rp.55.000 untuk menghidupi keluarganya. 

Uangnya yang ada di dompetnya akan terkuras, jadi dari penghasilan sehari dia tidak bisa menabung untuk masa depan dari keluarganya. Dompetpun akan kosong. Hiduppun hanya untuk memenuhi kebutuhan hari ini, bukan untuk masa depan. Mereka hanya memperhatikan kehidupan untuk hari ini dan mengabaikan kehidupan di masa yang akan datang. 

Hiduppun menjadi: Aku ada untuk aku di hari ini, bukan aku untuk hari yang akan datang. Tidak memperhitungkan apa yang akan terjadi di masa akan datang, apakah masih tetap sehat. Karena semakin hari, usia bertambah, energy pun semakin terkuras. Umur bertambah energy semakin hilang dan liang kubur semakin dekat. Mungkin pola piker seperti ini yang meyebabkan perokok terus merokok tanpa memperhatikan kehidupan di masa mendatang.

Dengan merokok terus menerus, kesehatan pun terkuras, peringatan-peringatan bahaya merokok yang ditulis dalam bungkus rokok secara berlahan nyata ada dalam diri perokok. Sadar atau tidak sadar penyakit itu pun membuat semangat hiup hilang. Sadar ketika si perokok memeriksa kesehatan di rumah sakit, ronsen dan penyakitnya ada sesuai dengan peringatan yang tertulis dalam bungkus rokok. 

Tidak sadarnya, apbila perokok tidak meng-cek kesehatan, dan membiarkan penyakit itu ada. Alasan tidak meng-cek kesehatan mungkin karena uang tidak ada atau karena faktok kepala batu. Kesehatan perokok terkuras yang rugi bukan hanya diri perokok saja, tetapi juga istri dan anak-anak. Masa depan anak tidak ada yang akan perhatikan seandainya, karena merokok nyawa menjemput.

Pola pemikiran saya: laki-laki berani menikah, memiliki anak, tentu dia melihat memiliki anak adalah sebuah kebahagian, dan merawat anak adalah sebuah hiburan. Laki-laki perokok, menurut saya kurang memperhatikan ini, disatu sisi, dapat dikatakan perokok itu tidak bertanggung jawab. tentu tidak semua perokok juga disebutkan tidak bertanggung jawab.

Bagaimana Dengan Remaja Merokok 

Sebuah pertanyaan mendasar, bagaimana dengan remaja yang merokok? Dari yang saya pandang rata-rata remaja yang merokok sebagian besar adalah remaja sekolah. Alasan tertentu kenapa mereka merokok, bisa karena kelompok bermain, orangtua tidak perhatikan karena sibuk dengan urusan pekerjaan, dan kurangnya pembinaan di sekolah. 

Uang mereka darimana? Orang tua yang berkelimpahan harta tidak menyibukkan diri bahwa uang yang diminta oleh anak mereka itu fungsinya untuk apa. Intinya mereka memberikan uang jajan untuk anaknya. Remaja-remaja seperti ini menemukan diri mereka dalam kelompok bermain ini, karena di keluarga mereka jarang menemukan keluarga mereka (orang tua), sebab sibuk dengan pekerjaan mereka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline