Lihat ke Halaman Asli

Batu Bedaon

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada zaman dahulu, di pulau Rote hiduplah seorang janda bersama kedua anaknya yang masih kecil. Anak pertamanya adalah seorang laki-laki dan berusia 11 tahun, sedangkan anak keduanya adalah seorang perempuan dan berusia 8 tahun. Mereka hidup dengan keadaan ekonomi yang sederhana. Pada suatu hari kebutuhan makanan di dapur mereka telah habis, hingga membuat ibu bersedih dan putus asa.  Kakak yang melihat apa yang terjadi segera pergi untuk mencari ikan di laut agar bisa dimasak dan dijadikan sebagai makan malam mereka sekeluarga. Setelah sampai di laut ia mengeluarkan peralatan untuk memancing. Ia berharap agar bisa mendapatkan ikan yang banyak sehingga ibunya tidak bersedih lagi. Namun semuanya sia-sia, ia tidak mendapatkan hasil apa-apa. Hari semakin larut dan matahari mulai terbenam, ia memutuskan untuk pulang dengan tangan hampa. Sepanjang perjalanan pulang keberuntungan datang menghampirinya,  kakak menemukan beberapa telur ikan yang bisa dijadikan santapan lauk malam ini. Ia merasa senang, walaupun telur ikan yang ia temukan jumlahnya tidaklah banyak akan tetapi itu sangatlah berarti bagi ia dan keluarganya.

“ Pasti ibu akan senang dengan apa yang kutemukan “, ungkap kakak dalam hati. Kakak pun segera pulang dan menemui ibunya agar telur ikannya bisa langsung dimasak. Setelah memberikan hasil tangkapan tersebut, kakak meminta izin kepada ibu untuk pergi ke rumah temannya hendak mengerjakan tugas.

Saat makan malam tiba, kakak belum kunjung pulang. Tanpa menunggu kakaknya pulang dan ibu, adik yang mulai kelaparan memakan makan malamnya sendirian. Semua telur ikan yang ada di meja makan, dihabiskannya tanpa menyisakan sepotong pun untuk ibu ataupun kakaknya. Saat kakak pulang dan membuka tutup saji ternyata tidak ada makanan yang tersisa di meja makan. Ia pun menangis sehingga membuat ibu datang menghampirinya dan menanyakan apa yang telah terjadi.

“ Kemana telur ikan yang telah ibu masak dan letakkan di sini? “, ungkap ibu dengan perasaan kaget melihat meja makan yang telah kosong.

“ Tidak tahu bu, ketika saya datang, yang ada hanyalah piring kotor “, ungkap kakak. Mendengar suara tangisan kakak dan suara ibu di meja makan, adik pun datang melihat apa yang terjadi. Adik merasa menyesal dan mengakui bahwa ia yang telah memakan semua telur ikan yang ada di meja karena sangat kelaparan. Kemudian, adik meminta maaf kepada ibu terutama kakaknya. Namun, kakak masih saja tetap bersedih dan menangis dan tidak mau memaafka adiknya. Ibu berusaha menghibur kakak namun semuanya tidak ada gunanya. Ibu putus asa dengan apa yang terjadi dalam hidupnya dan menyalahkan dirinya bahwa ia adalah ibu yang tidak berguna, ibu yang tidak bisa memenuhi semua kebutuhan anaknya. Dalam benak ibu, teringatlah ia akan batu bedaon yang bisa mewujudkan permintaan. Ibu berniat  untuk pergi menemui batu bedaon. Namun, ada satu syarat jikalau ia ingin permintaannya dikabulkan yaitu ia harus masuk ke dalam mulut batu bedaon. Meninggalkan rumah dan kedua anaknya adalah hal yang berat, akan tetapi dengan cara inilah kehidupan mereka akan berubah menjadi lebih baik.

Keesokaan paginya ketika mereka berdua bangun, ibu telah pergi. Mereka mencari ibu kemana-mana namun mereka tidak menemukan ibu. Hingga akhirnya si kakak menemukan secarik kertas di meja makan yang berisi pesan bahwa ibu minta maaf karena tidak bisa memenuhi kebutuhan kalian. Di meja makan ibu telah menyiapkan kerang sbagai sarapan pagi, siang dan malam kalian. Ibu tidak bisa kembali lagi bersama kalian, mungkin dengan cara seperti ini kalian dapat beroleh hidup yang lebih baik dari sebelumnya. Kedua kakak beradik itu pun menangis dan berlari keluar rumah hendak mencari ibu mereka. Ketika keluar rumah, dijalan setapak menuju pantai mereka melihat jejak kaki dengan makanan yang ditebarkan dijalan.

“ Pasti ibu pergi menemui batu bedaon yang kononnya dapat mengabulkan permintaan“, ungkap adik. Tanpa membuang waktu lagi, kedua kakak beradik tersebut mengikuti jejak tersebut hingga akhirnya jejak tersebut memang benar berakhir di dekat sebuah batu yang bernama batu bedaon. Dari kejauhan mereka melihat ibu sedang menyanyikan sebuah lagu , “batu bedaon bukalah pintu saya mau masuk” mulut batu bedaon tersebut terbuka. Namun sebelum ibu masuk, ibu mengucapkan permintaan  terlebih dahulu. Kemudian, si ibu bernyanyi lagi “ batu bedaon tutuplah pintu saya telah masuk ” dan akhirnya mulut batu bedaon itu tertutup. Kakak beradik tersebut terlambat untuk menghalangi ibunya. Ibunya telah masuk ke dalam mulut batu bedaon tersebut, yang tertinggal hanyalah rambut ibu di mulut batu bedaon.

Masuknya ibu dalam mulut batu bedaon, dikabulkannya juga permintaan ibu oleh batu bedaon. Kakak beradik tersebut hidup tanpa kekurangan suatu apapun. Semua yang ibu lakukan tidaklah sia-sia dan rambut ibu yang tertinggal di mulut batu bedaon tumbuh menjadi rumput yang menutupi seluruh permukaan batu bedaon. Dalam setiap tahunnya, masyarakat setempat mengadakan sebuah perayaan sebagai bentuk penghormatan kepada ibu yang telah mengorbankan dirinya kepada batu bedaon demi kebahagiaan kehidupan kedua anaknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline