Hidup manusia selalu bergerak maju. Pengalaman yang telah berlalu tidak akan bisa diputar kembali. Semuanya tinggal tetap sebagai masa lalu.
Hal yang sama terjadi ketika Ramadan tiba. Yang terjadi pada tahun-tahun kemarin tidak akan terulang lagi di tahun sekarang. Semua yang tak terulang itu membentuk kenangan.
Masa kecil, remaja, hingga dewasa adalah periode-periode penting dalam kehidupan seorang anak manusia. Banyak cerita menarik semasa kecil hingga masa-masa sebelum dan setelah akil balik yang tak terulang lagi.
Setidaknya ada beberapa kenangan Ramadan yang sungguh menjadi warisan masa lalu yang hanya bisa dirindukan. Khusus generasi 1990-an hingga 200-an ada bagian-bagian tertentu di bulan suci ini yang ketika dikenang hanya akan memantik senyum kecil.
Pertama, bila kita memutar sejenak roda waktu ke masa kecil, kita akan menjumpai banyak cerita dengan teman sebaya.
Saat Salat Subuh misalnya, anak-anak akan beramai-ramai ke masjid terdekat. Tidak dipikirkan kondisi tubuh yang belum benar-benar berpisah dengan kantuk. Hawa dingin yang menerjang sama sekali tak melunturkan semangat.
Menariknya, pertalian anak yang satu dengan yang lain tidak diantarai oleh gawai. Tidak seperti anak-anak zaman sekarang yang sejak kecil sudah dibekali telepon genggam keluaran terbaru oleh orang tuanya.
Masa-masa itu, kita benar-benar mengangalkan pertemuan dari muka ke muka. Tidak terpikirkan, karena tidak memungkinkan oleh kemajuan teknologi saat itu, untuk diantarai oleh perangkat elektronik.
Tidak ada istilah jejaring sosial. Tidak ada namanya pertemuan daring (online). Semuanya terjadi secara, meminjam istilah masa kini, luring (offline).