Kehidupan kita disesaki berbagai stigma. Dijejali aneka cap miring yang terlanjur dianggap sebagai kebenaran. Padahal, fakta sebenarnya tidak demikian.
Salah satunya terkait anak yang lahir prematur. Mereka dianggap sebagai manusia abdnormal seutuhnya, baik saat lahir, dalam masa tumbuh kembang hingga seterusnya. Mereka dinilai tidak punya masa depan.
Anggapan keliru yang berkembang dan terus bertahan kemudian membuat para orang tua selalu dibayangi rasa bersalah dan penyesalan ketika mendapati kenyataan anak mereka harus lahir sebelum waktu persalinan yang semestinya.
Lahir prematur, lahir sebelum 31 minggu. Apakah mereka yang lahir ke dunia lebih awal akan menghadapi masa depan yang tidak pasti?
Setiap tahun, saban 17 November dunia memperingati World Prematurity Day atau Hari Prematur Sedunia. Tahun ini mengusung tema, "A Parent's Embrace: A Powerful Therapy. Enable Skin-to-Skin Contact from the Moment of Birth."
Hemat saya, peringatan rutin setiap tahun tidak lain untuk menumbuhkan kesadaran akan kenyataan kelahiran prematur yang terus terjadi dari tahun ke tahun.
Data Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) menyebut satu dari 10 bayi lahir prematur di dunia. Tak kurang dari 15 juta anak setiap tahun lahir sebelum waktunya.
Angka yang tidak sedikit. Namun, bukan sesuatu yang harus ditangisi. Sebagai sebuah anugerah, kelahiran tetap menuntut tanggung jawab dari berbagai pihak, baik orang tua, pemerintah, maupun lingkungan sekitar.
Anak Istimewa
"Anak prematur adalah anak yang istimewa, mereka bisa tumbuh kembang optimal dan berprestasi."
Demikian Irma Gustiana Andriani, S.Psi., M.Psi, seorang psikolog anak dan keluarga saat webinar Selasa (15/11/2022) pagi WIB lalu.