Bisphenol-A (BPA) tidak hanya mencemari air minum kemasan galon sebagaimana yang menjadi kekhawatiran warga Jakarta belakangan ini. BPA ternyata ada di mana-mana.
Sebagai bahan kimia buatan manusia yang dipakai untuk membuat plastik polikarbonat dan resin epoksi mengutip Kompas.com (19/9/2022) dari MayoClinic, kehadiranya tidak terbatas pada segmen kehidupan tertentu.
BPA menampakkan wujudnya dalam berbagai produk yang dipakai manusia sehari-hari. Kaleng makanan dan plastik polikarbonat dengan cirinya yang bening dan keras adalah beberapa contoh.
Masih banyak yang perlu disebut. Tutup botol, wadah makanan dan minuman, elektronik, suku cadang mobil, mainan, produk kertas daur ulang, bahkan hingga kuitansi, tiket, dan boarding pass.
Bila kita memperhatikan produk-produk tersebut, maka produk-produk yang mengandung BPA sebenarnya sudah, sedang, dan akan terus menjadi bagian dari kehidupan setiap orang. Nyaris tak seorang pun bisa menghindarinya. Dialami manusia dari generasi ke generasi.
Kalau demikian, apa yang harus dilakukan? Apakah kita perlu menggelar aksi protes dan mogok bersama? Rasanya mustahil. Apakah kita bisa hidup tanpa produk-produk itu? Tentu tidak.
Mengapa berbahaya?
Ini pertanyaan penting. Tak mungkin kita menghindari tanpa mengetahui alasannya. Begitu juga penting untuk sedikit memahami mengapa BPA berbahaya berikut dampak buruk yang bakal ditimbulkannya.
Menukil www.treehugger.com (5/8/2022), berikut sedikit penjelasan medis. BPA dikenal sebagai pengganggu endokrin karena bisa meniru struktur dan fungsi hormon estrogen yang jelas berdampak pada fungsi semua sistem tubuh.
Bahan kimia ini bisa mempengaruhi aktivitas hormonal dalam tubuh, maka berisiko pada banyak masalah kesehatan pada manusia. Kegemukan, diabetes, kerusakan sistem kekebalan tubuh, alergi, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, ketidaksuburan pada pria dan wanita, keguguran, berpengaruh pada bayi dalam rahim, kanker payudara, dan sebagainya.