Ada banyak ketakutan berlebihan yang kadang tidak kita pikirkan dan sadari. Keanehan yang lebih aneh.
Ketakutan terhadap selai kacang yang menempel pada dinding mulut bagian atas yang kemudian disebut arachibutyrophobia.
Terus-menerus memperhatikan pakaian jangan sampai ada helai rambut yang luruh. Hadirlah trichophobia yang berakar dari kata Yunani thrix yang berarti "rambut" untuk menyebut ketakutan berlebihan pada rambut rontok.
Ada lagi no mobile phone phobia yang disingkat nomophobia untuk menggambarkan kepanikan akan telepon genggam yang tak terjangkau jaringan, kehabisan pulsa, apalagi kehabisan daya sampai mati sama sekali.
Apakah ada fobia terhadap kaca? Ya, namanya spectrophobia. Ada juga ketakutan tak berdasar untuk dipandang sehingga memilih menghindari tempat-tempat umum. Itulah scopopobhia.
Adakah yang akhir-akhir ini merasa tak nyaman seiring ramainya pemberitaan tentang Bjorka, si peretas itu?
Bila hanya sekadar tak nyaman, hemat saya, hampir semua mengalaminya. Tidak hanya karena ulah hacker itu yang membuat publik akhirnya tahu beberapa informasi pribadi dari sejumlah pejabat publik yang selama ini begitu dihormati. Kemudian memantik orang-orang penting di negeri ini angkat bicara. Saling teror pun terjadi.
Juga, tidak sedikit yang merasa terganggu dengan lalu lintas informasi tentang itu hampir di semua lini, baik itu sosial media, media arus utama, hingga percakapan-percakapan di warung kopi.
Di mana-mana orang berbicara tentang Bjorka. Berbagai dugaan, analisis, hingga prediksi mengemuka. Aneka sisi Bjorka dikupas, entah wajah, topeng, jari, hingga asal-usulnya.