"Setiap orang punya berbagai cara yang mungkin berbeda untuk Berdamai dengan dirinya sendiri,
untuk mengalahkan setiap pergumulan dan untuk mencari ketenangan batin dalam hidupnya...Begitu juga saya yang sedang belajar berusaha untuk selalu Bersyukur dalam keadaan apapun."
Leani Ratri Oktila menulis demikian dalam salah satu postingan di akun instagramnya.
Ia mengunggahnya sebelum dunia dan Indonesia membanjirinya dengan pujian karena kegemilangannya di panggung Paralimpiade Tokyo 2020 yang baru saja usai.
Entah apa maksudnya di balik sejumlah kalimat itu. Beberapa kata kunci mestinya bisa kita tangkap. Pada patah kata yang sengaja ia beri huruf besar di awal. Berdamai. Bersyukur.
Semua bermula dari kecelakaan. Saat itu usianya 20 tahun. Peristiwa tragis itu menjadi bagian penting dari perjalanannya hingga menjadi seperti yang kita kenal saat ini. Untuk menjadi seperti Leani Ratri hari ini ia tentu perlu berjuang untuk berdamai dengan keadaan.
Patut diakui meraih medali emas di ajang sekaliber Olimpiade atau Paralimpiade adalah kebanggaan tersendiri. Lebih lagi, bila dalam satu edisi mampu meraih lebih dari satu keping medali emas.
Untuk mengukir prestasi gemilang seperti itu jelas tidak mudah. Tidak banyak atlet yang mampu mencapai klimaks berganda dalam karier mereka.
Zhao Yunlei adalah salah satu dari yang sedikit itu. Mantan pemain badminton China ini pernah merasakan nikmatnya mendapat dua medali emas Olimpiade. Sebagai pemain spesialis ganda, wanita yang kini berusia 35 tahun mengukir sukses besar di Olimpiade London 2012.
Ia menjadi satu-satunya pebulutangkis yang bisa meraih lebih dari satu emas di satu edisi. Saat itu, Zhao meraih medali emas di nomor ganda putri dan ganda campuran. Berpasangan dengan Zhang Nan menundukkan rekan senengaranya, Xu Chen/Ma Jin, 21-11 dan 21-17.