Nusa Tenggara Timur (NTT) umumnya sudah menjadikan sepak bola sebagai cabang olahraga favorit. Tidak hanya untuk ditonton tetapi juga dinikmati secara langsung.
Patut diakui kegemaran orang-orang NTT pada si kulit bundar bukan sesuatu yang istimewa. Pasalnya, hal tersebut sudah menjadi kenyataan umum di tanah air ini. Dari Sabang sampau Merauke, sepak bola sudah sangat dikenal.
Bedanya, industri sepak bola di NTT, apalagi di Flores, masih jauh tertinggal dari daerah-daerah lain di Pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi, atau bahkan tetangganya Bali.
Di sana sepak bola seperti hidup enggan mati tak mau. Kompetisi masih bersifat musiman, pembinaan berjenjang masih jauh panggang dari api, berikut sarana dan fasilitas begitu terbatas. Menjadi pesepakbola profesional adalah kosa kata yang masih asing dari kepala orang-orang NTT.
Bila kita melihat lebih dekat, NTT sebenarnya daerah yang sangat fanatik dengan sepak bola. Di sana pula kita bisa mendapatkan bibit-bibit pemain potensial. Sejumlah pemain berbakat yang lahir dari rahim NTT pernah menghiasi blantika sepak bola nasional.
NTT pernah memiliki Sinyo Aliandoe. Mantan pemain dan pelatih berkaliber nasional. Aliandoe hampir membawa Indonesia ke Piala Dunia 1986 bila tidak sisingkirkan Korea Selatan di babak play-off.
Setelah era putra asli Larantuka, Flores Timur itu, NTT masih menyumbang para pemain terbaiknya. Belakangan ini ada Yabes Roni Malaifani, Alfonsius Kelvan, Jackson Tiwu, Yunias Bate, di Bali United. Alsan Sanda yang pernah bermain untuk Bhayangkara FC, berikut Ricky Nelson Ndun di Pusamania FC. Dalam sejumlah kesempatan seleksi pemain junior, NTT masih mengirim sejumlah nama.
Tahun 2019, PSN Ngada menjadi satu-satunya klub dari NTT yang bertarung di Liga 3. PSN adalah salah satu tim yang cukup disegani di NTT dan rutin melahirkan bibit-bibit bagus.
Sayangnya, nasib sepak bola NTT tidak lebih baik dari tetangganya, Bali. Apalagi bila dibandingkan dengan tetangga jauh, Papua. Bila Papua sudah memiliki Persipura Jayapura dan mengirimkan sejumlah klub ke pentas elite nasional, NTT masih sekadar berharap.