Lihat ke Halaman Asli

charles dm

TERVERIFIKASI

charlesemanueldm@gmail.com

Harus Bangkit walau Berat, Pelajaran Hidup dari Bencana NTT

Diperbarui: 8 April 2021   20:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mensos Risma kunjungi korban banjir di Adonara dan Lembata NTT: gambar dan keterangan gambar Merdeka.com/ananias petrus

Tidak bisa dihubungi sejak Minggu, (4/4), membuat hati ini gundah gulana tak karuan, akhirnya kabar melegakan itu datang Rabu, (7/4) pagi ini.

Bapak baru saja tiba di Rumah Sakit. Ini baru saja charge HP.

Suara di ujung telepon meredakan ketegangan. Sejak tiga hari terakhir kami tak bisa berkomunikasi sama sekali. Sebagai lelaki yang mempersunting anak semata wayangnya, rasa yang berkecamuk hampir tak bisa didefinisikan. Bisa dibayangkan bagaimana bila berada di posisi orang yang membuatku menjadi suami.

Tidak hanya saya, para perantau atau NTT diaspora di berbagai tempat, juga merisaukan nasib sanak keluarga di kampung halamannya. Begitu juga sahabat, kenalan, kolega, hingga "mantan" dalam segala bentuk relasi, merasakan kegetiran yang sama. 

Di mana-mana kita menjumpai ungkapan keprihatinan dan duka cita. Dengan berbagai cara kita coba mengartikulasikannya.

Percakapan singkat pagi ini bak momen katarsis. Segala emosi dan perasaan yang nyaris meluap karena tak kuasa dipendam selama sekian puluh jam akhirnya lepas.

Bapak bisa kami hubungi setelah ia memaksakan diri ke kantor, tempatnya mengabdi hingga menjelang pensiun. Bencana yang telah memporak-porandakan sejumlah titik di NTT, membuat Kota Kupang, ikut terdampak.

Siklon Tropis Seroja yang bergerak di sekitar perairan NTT menyebabkan kerusakan yang dahsyat. Bencana hidrometeorologi (banjir bandang, angin kencang, gelombang tinggi, gelombang pasang) seakan tak mau berhenti dalam beberapa hari lalu, meninggalkan jejak kehancuran di banyak tempat.

Seperti kemudian tersiar ke mana-mana, hampir tak terdata kerusakan yang terjadi. Tidak hanya fisik-material, tetapi juga guncangan jiwa dan kehilangan raga. Kupang menjadi kota mati. Akses penerangan, seperti banyak ruas jalan, putus. Dalam kegelapan mereka harus berjuang untuk bertahan hidup.

Tadi bapak terpaksa ke kantor. Di beberapa tempat masih ada genangan air. Sejumlah tempat belum bisa dilewati.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline