Perhelatan All England 2021 baru saja usai. Turnamen Super 1000 yang digelar di tengah pandemi dan kemudian meninggalkan luka menganga bagi bulutangkis Indonesia.
Bersusah payah mempersiapkan diri, fisik prima, dan status kesehatan negatif, ternyata tidak cukup untuk tidak dipaksa mundur karena suatu alasan yang hingga hari ini masih menjadi tanda tanya.
Walau tak masuk hitungan poin kualifikasi Olimpiade, prestise All England yang telah dicederai, patut kita garis bawahi. Walau sakit, turnamen tertua di dunia yang membara itu, patut kita jadikan tanur pemurnian setiap rencana masa depan.
Kepulangan tim Indonesia atas cara dan sebab yang mengecewakan harus membuat kepala kita tetap tegak. All England kali ini bukan segalanya. Masih banyak alasan melangkah maju. Ada agenda besar yang menanti. Olimpiade Tokyo. Maka, kita perlu segera "move on". Beralih.
Alarm Jepang
Apa pelajaran yang bisa kita petik? Pertama, Jepang begitu superior di All England 2021. Tanpa Indonesia, China, Korea Selatan, dan sejumlah pemain unggulan dari Taiwan, Hong Kong, Spanyol, dan Thailand, mereka seperti tak mendapat lawan sepadan.
Dari lima partai final, Minggu (21/2/2021), Jepang mendominasi. Tujuh wakil mereka, berbanding tiga slot sisa yang dibagi Denmark, Thailand, dan Malaysia.
Sebelum partai final digelar, Negeri Matahari Terbit sudah mengklaim tiga gelar. "All Japan" final terjadi di sektor ganda putra, ganda putri, dan ganda campuran. All England sontak berubah jadi All Japan.
Dominasi Jepang di sektor ganda hampir tak terhindarkan setelah negara-negara kuat di sektor itu tak ambil bagian.