Selama 17 edisi penyelenggaraan Piala Dunia Antarklub FIFA, jawara Liga Champions Eropa hampir selalu perkasa. Kontestan non-Eropa hanya mampu menguasai tiga edisi pertama sejak digelar perdana pada 2020, plus sekali pada edisi 2012. Selebihnya, gelar juara diboyong ke Eropa dengan Real Madrid sebagai pengoleksi terbanyak dengan empat gelar.
Apakah dominasi benua biru akan kembali terjadi tahun ini? Bayern Muenchen akan mengincar gelar kedua setelah terakhir kali naik podium juara pada 2013. Saat itu Die Roten mengalahkan klub Maroko, Raja Casablanca dua gol tanpa balas.
Berbeda dengan delapan tahun silam, lawan yang akan dihadapi kali ini adalah klub Meksiko. Club de Ftbol Tigres de la Universidad Autnoma de Nuevo Len, lengkapnya. Singkatnya, Tigres UANL atau Tigres.
Kita tentu tidak perlu meragukan kualitas FC Hollywood. Sepanjang musim lalu, klub Jerman ini tampil ciamik. Mereka mendominasi hampir semua kompetisi. Di pentas Eropa, misalnya, mereka menghajar Barcelona, pemilik tiga gelar Piala Dunia Antarklub, 2-8.
Rekam jejak, prestasi, hingga kualitas armada, Muenchen tentu lebih diunggulkan. Namun Tigres tidak serta merta menyerah, apalagi menyerahkan trofi juara begitu saja kepada Si Merah.
Peran Gignac
Bila Muenchen relatif mudah "menjinakkan" Al Ahli, wakil Afrika, di semi final, Selasa (9/2/2021) dini hari WIB, tidak demikian dengan Tigres.
Berbeda dengan wakil UEFA dan Amerika Selatan yang lolos otomatis ke semi final, sebagai utusan CONCACAF (Amerika Utara, Amerika Tengah, dan Karibia), Tigres harus bermain satu laga lebih banyak.
Undian mempertemukan Tigres dengan jawara Asia, Ulsan Hyundai, untuk berebut satu tiket semi final. Stadion Ahmad Bin Ali, Al Rayyan, Qatar, Kamis (4/2/2021) malam WIB menjadi panggung perjuangan Tigres. Tigres tertinggal lebih dulu saat sundulan Kim Keehee di menit 24 menit tak mampu digagalkan Nahuel Guzman.
Andre-Pierre Gignac menjadi pahlawan Tigres berkat sumbangan sepasang gol. Sepak pojok Diego Reyes berhasil diselesaikan dengan baik oleh pemain asal Prancis itu. Nama Gignac pun masuk dalam buku sejarah kompetisi tersebut. Itulah gol ke-400 sepanjang sejarah kompetisi elite antarjawara dari setiap benua.