Cerita rakyat. Apa cerita rakyat favorit Anda? Adakah potongan kisah binatang, manusia, atau dewa yang masih anda ingat? Adakah mitos, legenda, atau dongeng yang masih dikisahkan ke anak cucu?
Bila sederet pertanyaan itu dialamatkan ke saya, saya akan tegas menjawab ya. Sejak kecil hingga memiliki si kecil, saya hampir tak pernah lepas dari cerita rakyat.
Dahulu ibu selalu membagikan beberapa kisah kepada saya. Sebagai seorang guru, ia tak pernah alpa menambahkan sejumlah cerita tambahan kepada anaknya saat di rumah. Waktu terbaik untuk mendengarkan ceritanya adalah menjelang istirahat siang atau sebelum tidur malam.
Kini kebiasaan yang sama saya terapkan. Selain mengoleksi beberapa buku cerita rakyat, terkadang saya menambahkan perbendaharaan cerita dari internet.
Mengapa ibu dan saya merasa penting untuk melakukan hal itu? Ada banyak alasan yang bisa diangkat.
Pertama, hakikat sebuah cerita rakyat yang berkembang di daerah tertentu, membuat kita lebih merasa akrab dan tak merasa asing dengan tokoh, tempat, atau jalan cerita. Nama tokoh, lokasi kejadian, hingga alur cerita biasanya dikemas dari unsur-unsur lokal. Bahkan kita bisa menceritakannya dengan menggunakan bahasa daerah setempat.
Salah satu cerita rakyat yang masih saya ingat hingga hari ini adalah kisah tiga gunung di Flores Tengah. Mengingat saya berasal dari sana, saat ibu menceritakannya, bayangan saya tidak perlu berkelana terlalu jauh. Saya akan menyambut dengan senyum karena gunung-gunung itu selalu menemani perjalanan saat saya bepergian bersama mereka.
Bila Anda pernah bepergian ke Pulau Flores, melintas dari arah Ende menuju Manggarai, pandangan Anda akan bertemu dengan dua gunung yang menjulang tinggi. Bila sampai di wilayah Boawae, Gunung Ebulobo setinggi 2.124 m akan menyapa.
Berlanjut ke arah barat, saat mendekati kota Bajawa, ibu kota Kabupaten Ngada, Gunung Inerie akan mencuri perhatian. Kedua gunung itu tidak berjauhan. Diteropong dari udara, letaknya bersisian.
Gunung yang menjulang setinggi 2.245 m di atas permukaan laut, terlihat berseberangan dengan Ebulobo dengan tampilan yang tak jauh berbeda. Keduanya memiliki kerucut seperti tumpeng sempurna.
Konon diceritakan keduanya adalah sejoli. Ebulobo merupakan pemuda yang begitu mencintai Inerie. Inerie dalam bahasa Ngada berarti Ibu Agung. Meski begitu Ebulobo tak bisa dengan mudah mempersunting Inerie. Belis atau mas kawin menjadi penghalang.