Sebelum hingga awal kemerdekaan Indonesia, berbentuk kerajaan, kemudian berkembang menjadi swapraja hingga 1962 dan kini menjadi bagian dari wilayah administrasi Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Amarasi kini terbagi atas empat kecamatan yakni Amarasi Barat, Amarasi, Amarasi Timur, dan Amarasi Selatan.
Satu dari sejumlah kelurahan dari kecamatan yang disebutkan terakhir itu adalah Sonraen. Untuk menjangkau wilayah ini, butuh waktu kurang lebih dua jam perjalanan darat dari Kupang, ibu kota provinsi NTT.
Patut diakui kontur jalan tidak semulus di wilayah perkotaan. Namun panorama pepohonan dan perbukitan yang saling berpelukan sepanjang jalan menjadi pelipur lara perjalanan hingga menggapai papan selamat datang bertuliskan "Sonraen, Amarasi Selatan."
Di tempat itu, Willmessden Nepa Bureni, menjalani hari-hari hidupnya. Sarjana biologi lulusan Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang ini tidak memilih hijrah untuk mencari kehidupan yang lebih baik di Kupang atau ke luar pulau, layaknya kaum muda setempat umumnya. Pemuda 26 tahun ini memilih bertahan sambil berjuang membangun kampung halamannya.
"Ini berkat untuk kampung saya. Kalau misalnya saya tidak bisa berbuat sesuatu untuk kampung ini, saya bisa melakukannya melalui Astra," ungkap Willy, demikian pemuda itu disapa.
Sejak beberapa tahun terakhir Willy giat menjadi perpanjangan tangan PT Astra International Tbk untuk membangun Sonraen. Ia bukan karyawan. Ia hanya relawan yang ikut membantu pelaksanaan program Kampung Berseri Astra (KBA). Sejak 2015, Astra, melalui Yayasan Pendidikan Astra bernama Michael D.Ruslim (YPA-MDR), membina daerah tersebut. Kini Sonraen menjadi satu dari 77 KBA yang tersebar di 34 provinsi di tanah air.
Willy bercerita awal perkenalannya dengan KBA terjadi saat Festival Kampung Berseri Astra pada Oktober 2017. "Saat itu mereka mencari Master of Ceremony. Kalau kita (baca: saya) untuk kelas kampung biasa lakukan itu. Karena ini terkait kampung saya, saya mau. Nanti orang bilang kita tidak memiliki talent di sini."
Sejak itu ia mulai berkenalan dengan sejumlah karyawan Astra. Dari sering bertanya dan meminta bantuan, akhirnya Willy diangkat sebagai local champion, istilah untuk menyebut mitra dalam pelaksanaan dan pengembangan KBA.
Sebagai informasi, KBA merupakan bagian dari program Corporate Social Responsibility (CSR) Astra. KBA ini menyasar masyarakat dengan konsep pengembangan yang memadukan empat pilar program yakni pendidikan, kewirausahaan, lingkungan, dan kesehatan.
Pendidikan menjadi pilar pertama yang ditegakkan di Sonraen. Bertepatan dengan Festival Kampung Berseri Astra diserahkan bantuan sarana dan prasarana pendidikan dengan total Rp 18 miliar. Pelatihan guru dan kepala sekolah, renovasi atau pembangunan gedung sekolah, mebel sekolah, alat peragam, buku pelajaran dan perpustakaan, mesin praktik untuk siswa/I SMK, perlengkapan sekolah, perpustakaan, Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan fasilitas penunjang pembinaan seni dan budaya dicukupkan dengan anggaran tersebut.
Kemudian berlanjut dengan pembinaan dan pelatihan guru sekolah, penyuluhan pertanian dan kesehatan, pemberian bantuan alat posyiandu, penyediaan air bersih, serta perluasan program kewirausahaan melalui bantuan alat tenun dan ternak. Kepada masyarakat "dihadirkan" dua mata air dengan menggunakan sumur bor untuk keperluan air minum dan pengairan lahan pertanian.