Kebahagiaan para pencinta bulu tangkis Indonesia Minggu (8/7/2018) nyaris paripurna. Betapa tidak. Kesuksesan penyelenggaraan Indonesia Open Super 1000 berpelukan dengan pencapaian di lapangan pertandingan.
Sebagai tuan rumah turnamen level dua, di belakang World Tour Finals, Indonesia berhasil menyabet dua gelar. Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya dan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir menjadi yang terbaik di nomor ganda putra dan ganda campuran.
The Minions hanya butuh 31 menit untuk menjungkalkan ganda Jepang, Takuto Inoue/Yuki Kaneko. Kemenangan straight set 21-13, 21-16 itu sekaligus menggagalkan Negara Sakura meraih gelar lebih banyak dari Indonesia.
Sementara Owi/Butet kembali memenangi "rematch" final Olimpiade Rio menghadapi Chan Peng Soon/Goh Liu Ying. Pasangan Malaysia ini tak bisa berbuat apa-apa, tidak seperti saat menumbangkan rangking satu dan dua dunia asal China yakni Wang Yilyu/Huang Dongping di perempat final dan Zheng Siwei/Huang Yaqiong dalam perebutan tiket final. Kekalahan telak 21-17 dan 21-8 membuat pasangan Malaysia ini tertinggal jauh dalam sejarah pertemuan kedua pasangan, 1-10.
Kekalahan Chan/Goh membuat Malaysia bernasib sama seperti China. Mereka pulang dengan tangan hampa. Harapan semata wayang Negeri Tirai Bambu, Chen Yufei tak bisa berbuat banyak saat menghadapi unggulan teratas, Tai Tzu Ying. Tunggal putri nomor satu dunia itu menang rubber set 21-23, 21-15 dan 21-9.
Empat gelar lainnya dibagi rata antara Indonesia dan Jepang. Kento Momota menjuarai nomor tunggal putra dengan mengalahkan unggulan satu, Viktor Axelsen. Momota terus menunjukkan performa gemilang, menandai "comeback" setelah absen selama satu setengah tahun dengan kemenangan 21-14 dan 21-9. Satu gelar lainnya direbut dari nomor ganda putri setelah terjadi final sesama pasangan Jepang. Yuki Fukushima/Sayaka Hirota memenangi perang saudara atas Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara, 21-14, 16-21 dan 21-14.
Indonesia memang tak bisa mengulangi pencapaian terbaik sepanjang penyelenggaraan turnamen ini pada 2001. Saat itu, tuan rumah menyapu bersih gelar juara melalui Marleve Mainaky, Ellen Angelina, Candra Wijaya/Sigit Budiarto, Deyana Lomban/Vita Marissa, dan Trikus Haryanto/Emma Ermawati. Namun pencapaian tahun ini lebih baik dari tahun lalu yang hanya bisa meraih satu gelar dan jauh lebih baik dari tiga edisi sebelum itu yang tanpa gelar.
Kaca pengilon
Selain itu pencapaian ini memberikan isyarat positif jelang perhelatan Asian Games pada Agustus mendatang. Boleh dikata ini adalah salah satu turnamen pemanasan selain Kejuaraan Dunia pada 30 Juli hingga 5 Agustus atau 14 hari sebelum cabang olahraga ini dipertandingkan kembali di Istora.
Pada Asian Games kali ini Indonesia menargetkan sedikitnya tiga emas. Target ini lebih tinggi dari pencapaian 4 tahun lalu di Incheon, Korea Selatan. Saat itu Indonesia meraih dua emas, satu perak dan satu perunggu.
Emas dari nomor ganda putra perorangan melalui Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan serta Nitya Krishinda Maheswari/Greysia Polii di ganda putri perorangan. Dua pasangan ganda campuran masing-masing Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dan Praveen Jordan/Debby Susanto masing-masing merebut perak dan perunggu.