Pertandingan antara Inggris menghadapi Belgia di Stadion Kaliningrad, Kamis (28/06/2018) atau Jumat dini hari WIB adalah satu dari dua laga penghabisan di fase penyisihan grup Piala Dunia 2018. Duel memperebutkan status pemuncak grup G itu akhirnya dimenangkan Belgia satu gol tanpa balas. Adan Januzaj mencetak gol cantik di menit ke-51 untuk memastikan Belgia ke 16 besar dengan status jawara grup.
Apakah Belgia memang pantas menang di pertandingan tersebut? Sebelum laga ini mengemuka dugaan kedua tim akan menjalani pertandingan ini sebagai formalitas belaka. Bermain asal-asalan entah apapun hasilnya. Atau bila perlu sengaja menyerah kalah, apalagi bila ada peluang menghadapi lawan yang lebih mudah di babak hidup mati.
Ya sekilas dugaan itu terbukti. Lihat saja formasi yang diturunkan kedua pelatih. Gareth Southgate tak menurunkan beberapa pemain kunci yang selalu mengisi line-up Inggris. Mereka adalah Harry Kane, Raheem Sterling, Jordan Henderson, dan Kyle Walker. Sebagai gantinya sang pelatih memberi tempat kepada Jamie Vardy, Eric Dier, Fabian Delph, Marcus Rashford, dan Ruben Loftus-Cheek.
Sementara Eden Hazard, Kevin De Bruyne dan Romelu Lukaku dicadangkan pelatih Belgia, Roberto Martinez. Beberapa tempat utama itu diberikan kepada Thorgan Hazard, Adan Januzaj, Mousa Dembele, dan Michy Batshuayi.
Sengaja menghindari kemenangan tentu sebuah pilihan memalukan yang diambil oleh kedua tim. Sebagai turnamen utama yang menyedot perhatian seantero jagad menyerah kalah tanpa perjuangan akan menjadi aib. Para pendukung pun akan mengutuk bila tim kesayangannya tampil sekenanya saja. Gengsi dan pertaruhan nama besar membungkus aroma persaingan kedua tim.
Southgate menyesali hasil akhir pertandingan tersebut. Ia sebenarnya berharap The Three Lions mampu memetik hasil sempurna setelah berjuang maksimal. Para pemain pelapis telah berjuang sebisa mungkin meski tak berujung manis. Meski begitu ada hikmah yang bisa dipetik dari pertandingan ini salah satunya memberi menit bermain kepada para pemain lain.
Ada hal menarik lain yang patut dicatat. Pertama, ketergantungan Inggris pada Kane. Kane tidak hanya menyandang status sebagai kapten tetapi juga harapan di lini depan.
Absennya Kane, sebagaimana terlihat sejak pertandingan sebelumnya kontra Panama, memberi pengaruh pada daya gedor dan penyelesaian akhir tim Inggris. Setelah Kane ditarik keluar di babak kedua, pesta enam gol Inggris ke gawang Panama pun berakhir. Ketika menghadapi Belgia kali ini, Inggris sama sekali tak mampu mencetak gol. Tanpa Kane, Inggris tak bisa berpesta. No Harry, no party!
Duet Vardy dan Marcus Rashford tak mengecewakan di pertandingan ini. Keduanya beberapa kali memberikan ancaman, meski secara kuantitatif kalah dari Belgia. Minimnya waktu bermain bersama di antara kedua pemain itu membuat mereka belum bisa mengambil peran yang ditinggalkan Kane. Rashford khususnya masih harus membenahi kemampuan "finishing" agar bisa berevolusi menjadi stiker top. Sementara Vardy masih harus mendapatkan menit bermain untuk membuktikan diri, sesuatu yang nyaris mustahil terjadi di pertandingan-pertandingan Inggris selanjutnya.
Secara umum penampilan Inggris cukup baik. Meski tak ada sejumlah pemain utama, mulai dari sang kapten, Jordan Henderson di lini tengah serta Raheem Sterling dan Jesse Lingard di sayap, para pemain pelapis cukup memberikan harapan. Meski begitu harapan mencetak gol tetap tak terpenuhi hingga laga usai. Bukan karena tidak ada peluang, tetapi kurangnya kemampuan penyelesaian akhir.
Secara kolektif Inggris memang masih harus belajar mengelola tekanan terutama yang datang dari pihak lawan. Menghadapi Belgia, Inggris beruntung hanya kemasukan satu gol. Bila persoalan ini tidak segera diatasi akan mendatangkan persoalan di laga selanjutnya.