Lihat ke Halaman Asli

charles dm

TERVERIFIKASI

charlesemanueldm@gmail.com

Adu Taktik Indonesia Vs China di Semi Final Piala Thomas

Diperbarui: 25 Mei 2018   10:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jonatan Christie usai mengalahkan Lin Dan di Indonesia Open 2016/bola.com

Bila Tim Uber Indonesia selalu berjodoh dengan perempat final, prestasi Tim Thomas Indonesia sedikit lebih baik. Kemenangan 3-1 atas Malaysia kemarin mengantar Hendra Setiawan dan kawan-kawan ke semi final. Dalam tiga edisi terakhir, Idonesia baru sekali terhenti di delapan besar. Dua edisi sebelumnya berakhir di semi final dan final.

Sejak pertama kali ambil bagian di Piala Thomas pada 1958, yang langsung berakhir dengan gelar juara, Indonesia selalu lolos ke semi final, kecuali pada 2012 silam. Sekadar mengingatkan, saat itu Taufik Hidayat dan kawan-kawan dihentikan Jepang usai bertarung alot. Indonesia menurunkan Simon Santoso, Hendra Setiawan/Markis Kido, Taufik Hodayat, Mohamad Ahsan/Alvent Yulianto serta Dionisius Hayom Rumbaka.

Hendra dan Kido dikalahkan Hishimoto dan Hirata. Sementara Taufik tak mampu melewati hadangan Kenichi Tago. Harapan terakhir Indonesia pada Dionisius Hayom Rumbaka. Sayang, Hayom gagal memenangi partai penentu. Ia kalah dari Takuma Ueda dengan skor 14-21, 19-21.

Kali ini China akan mencoba menahan laju Indonesia ke partai puncak. Pertemuan kedua tim memperebutkan tiket final akan digelar sore ini pukul 18.00 WIB. Pada waktu bersamaan dua tim lainnya yakni Jepang dan Denmark akan beradu. Sebagai informasi, keempat semi finalis ini merupakan empat dari lima negara yang pernah memenangi kejuaraan ini dalam 12 edisi terakhir.

Indonesia meraih "quattrick" alias empat kali menjadi juara secara beruntun sejak edisi 1994, 1996, 1998, 2000 hingga  2002. China pun menyusul Indonesia dengan menguasai empat edisi selanjutnya sejak 2004 hingga 2012. Jepang dan Denmark mematahkan dominasi China di dua edisi terakhir, dengan masing-masing menjadi kampiun pada 2014 dan 2016.

Tentu, antara Indonesia dan China yang akan bersaing untuk merebut kembali supremasi turnamen beregu itu. Namun kedua negara itu harus terlibat dalam pertarungan sengit petang ini.

China memang sedikit diunggulkan. Dari akumulasi ranking pemain, Negeri Tirai Bambu itu menempati unggulan pertama. Indonesia menempati unggulan ketiga, di belakang Denmark. Namun begitu secara head to head, sejumlah pemain Indonesia memiliki catatan bagus.

Sebelum melihat catatan pertemuan antarpemain, secara umum materi pemain Indonesia kali ini lebih baik dari edisi sebelumnya. Bila dua tahun lalu, Hendra Setiawan mampu melangkah hingga partai puncak, seharusnya kali ini bisa mencapai klimaks. 

Para pemain muda Indonesia sudah cukup berpengalaman. Tidak hanya itu dari segi peringkat pun bagus. Namun sedikit catatan, belum ada pemain yang tampil konsisten dan meyakinkan selama perhelatan kali ini.

Mari bicara pertemuan antarpemain. Para pemain Indonesia memiliki modal bagus sebelum pertandingan krusial ini. Pemain tunggal Indonesia sanggup menjungkalkan para pemain senior China. Di pertemuan terakhir Anthony Sinisuka Ginting mampu mengalahkan Chen Long. Sementara Jonatan mampu mengandaskan pemain muda China yang sedang naik daun, Shi Yuqi. Tidak hanya itu Ihsan Maulana Mustofa bisa mempermalukan Lin Dan.

Apabila para pemain tersebut kembali bertemua, Indonesia bisa berharap bakal mengulang hasil positif. Namun kisah pertemuan sore nanti tidak semudah itu. China tentu akan berpikir taktis. Mereka tentu akan memperhitungkan rekor pertemuan itu dalam menentukan line up pemain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline