Investasi. Bagi sebagian orang kata ini bisa saja terlalu rumit. Tidak mudah memang mencerna apalagi melaksanakannya. Sebaliknya, sebagian orang lainnya, kata tersebut tidak jauh berbeda dengan kata-kata lainnya yang ada dalam kamus percakapan sehari-hari.
Secara sederhana, mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, investasi berarti "penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan." Artik leksikal ini tidak jauh berbeda dengan pengertian teknis dalam ilmu ekonomi.
Investasi yang berasal dari kata bahasa Latin "investire" (memakai atau menggunakan) berarti kegiatan menyimpan uang dengan tujuan memperolah imbal hasil dengan tujuan dan jangka waktu tertentu. Dalam hal ini investasi menuntut pengorbanan untuk menunda pengeluaran demi keuntungan di masa depan.
Investasi memiliki arti yang jauh lebih sederhana. Ia adalah cara mengelola uang yang bisa dibelikan pada "aset real asset, financial asset atau ditanam ke dalam suatu usaha dengan tujuan mendapat keuntungan."
Pertanyaan mendasar pun mengemuka. Mengapa kita perlu berinvestasi? Nangkring Kompasiana bersama PT BNP Paribas Investment Partners pada 28 Oktober 2017 lalu memberikan sebagian jawaban. Hadir pada kesempatan itu dua pembicara utama yakni Presiden Direktur PT BNP Paribas, Vivian Secakusuma dan Rangga Almahendra, Dosen UGM, penulis dan produser.
Pertama, persiapan pensiun. Menurut Rangga investasi diperlukan sebagai jaminan masa depan. Ia membeberkan data bahwa 70 persen pensiunan di Indonesia akan mengalami ketergantungan hidup pada orang lain. Dengan kata lain tujuh dari 10 pensiunan nanti akan menggantungkan hidupnya pada orang lain alias tak bisa hidup mandiri.
"Apakah saya akan berada di kelompok 70 persen atau 30 persen?," tanya produser "99 Cahaya di langit Eropa itu retoris. Pertanyaan tersebut telah dijawab Rangga dengan melakukan investasi. Ia telah bergerak dari perilaku konsumtif yang menghabiskan pendapatan menjadi "investor" yang menginvestasikan pendapatannya sebagai jaminan di masa depan. Dengan demikian saat masa pensiuan tiba ia bisa menikmati hasil investasi dengan tanpa membebankan anak dan cucunya.
Kedua, kebutuhan di masa depan. Manusia hidup bukan untuk hari ini saja. Banyak hal yang direncanakan untuk dilaksanakan di masa depan seperti membeli rumah, mobil, pendidikan anak, mempersiapkan pernikahan dan berbagai kebutuhan lainnya. Investasi menjadi salah satu cara agar segala rencana masa depan itu bisa terlaksana. Sulit membayangkan segala rencana masa depan itu bisa terlaksana bila kita semata-mata bergantung pada pendapatan sehari-hari atau mengharapkan rezeki yang datang tiba-tiba.
Ketiga, investasi merupakan instrumen menghadapi kenaikan harga di masa depan karena inflasi. Menurut Vivian inflasi merupakan kenyataan yang tidak bisa dihindari. Harga-harga akan terus meningkat dan terus-menerus karena berbagai faktor mulai dari konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar, spekulasi hingga ketidaklancaran distribusi barang. Dari waktu ke waktu harga barang akan terus meningkat. Harga sebotol air mineral beberapa tahun lalu tentu berbeda bahkan tidak ada artinya jika dibandingkan harga hari ini.
Investasi dibutuhkan untuk melawan kenaikan harga di masa depan. Diperlukan investasi yang "return"nya lebih tinggi dari inflasi atau setidaknya sama.
Keempat, tidak ada yang bisa memprediksi masa depan. Tidak ada yang bisa memastikan seperti apa kondisi ekonomi suatu hari kelak. Melalui investasi setidaknya kita bisa menyiapkan masa depan bila sesewaktu diterpa krisis ekonomi. Seandainya kehilangan pekerjaan atau pendapatan menurun karena badai krisis, investasi yang dilakukan bisa menjadi penyelamat.