Lihat ke Halaman Asli

charles dm

TERVERIFIKASI

charlesemanueldm@gmail.com

"Adieu" Kopa...

Diperbarui: 6 Maret 2017   18:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Raymond Kopa di samping bintang Real Madrid, Cristiano Ronaldo/GEORGES BENDRIHEM/AFP/Getty Images

Generasi "baby boomers", yang menangkup kakek-nenek atau orang tua kita memang tak seberuntung generasi sesudahnya yang diberkahi serba kemajuan. Tetapi ada hal yang patut dibanggakan generasi tersebut sebagai kemewahan yang dirindukan anak dan cucu mereka.

Banyak pesepakbola hebat yang lahir dan menjadi besar pada masa-masa itu. Pele dan lebih kemudian Michael Platini adalah beberapa dari antaranya yang kini hadir sebagai kakek tua bagi generasi-generasi kemudian . Sebagian besar generasi X hingga generasi Z  bahkan Alpha hanya termangu-mangu ketika memutar kembali roda waktu ke masa-masa jaya mereka, termasuk ketika  Raymond Kopa disebut.

Sebelum namanya mencuat lagi pada Jumat 3 Maret lalu, Kopa hanyalah sosok renta yang terlupakan. Bahkan ada yang tak mengenalnya sama sekali selain generasi baby boomers atau yang lahir di tahun-tahun awal generasi X.  Sayang kemunculan Kopa saat itu adalah penghabisan setelah ia dikabarkan meninggal dunia karena sakit di usia 85 tahun.

Bagi sepak bola Prancis, Kopa adalah sosok besar. Hanya Platini dan Zinedine Zidane yang sedikit banyak mengikuti jejak kebesarannya. Ia mengangkat nama Prancis dengan gelar Ballond d’Or dan gelar Liga Champions pertama. Meski belum mampu mempersembahkan trofi Piala Dunia, peringkat tiga pada Piala Dunia 1958 di Swedia adalah pencapaian terbaik yang baru bisa diulangi pada Piala Dunia 1986 dan dilampaui pada edisi ke-16 di negeri sendiri pada 1998.

Selain menjadi besar di tim nasional, nama Kopa juga terkenal bahkan menjadi ikonik di level klub. Angers adalah klub profesional yang dibelanya pada usia 18 tahun sebelum pindah ke Stade de Reims pada 1951. Lima tahun kemudian bersama Reims ia mengguncang Eropa. Lolos ke final Liga Champions meski akhirnya kandas di tangan Real Madrid.

Pencapaian tersebut kemudian membuka pintu baru baginya untuk menjelajah Eropa. Setahun setelah itu Madrid berhasil meyakinkannya. Tak kurang dari 56 juta franc, jumlah fantastis untuk seorang pemain Prancis, digelontorkan Madrid untu memboyong Kopa.

Kopa adalah seorang gelandang serang. Ia cakap mengatur serangan. Tak hanya itu ia sangat berbahaya di depan gawang. Kecepatan, kelincahan, akurasi tendangan dan kecerdikan menjadi satu paket dari penampilan Kopa.

Sejak remaja bakat sepak bola Kopa sudah terlihat. Kemampuannya menggiring bola membuka kesempatannya bermain di Divisi II bersama Angers, naik kelas kompetisi lokal bersama US Noeux-les-Mines.

Seperti diberitakan telegraph.co.uk , Kopa pernah dikritik pers Prancis karena terlalu sering menggiring bola. Saat itu ia telah bermain untuk Reims. Saat mengadu hal tersebut kepada pelatih Albert Batteux, Kopa malah diancam. "Jika Anda berhenti dribbling, saya akan mengeluarkan Anda dari tim."

Beatteux tahu betul karakter anak asuhnya. Meski unggul dalam dribbling, Kopa sejatinya tidak egois. Ia bermain untuk tim. Bagaimanapun keberhasilannya melewati lawan akan membuka peluang bagi pemain lain untuk mencetak gol. Hal itu dibuktikan dengan gelar Liga Prancis pada 1953 dan 1955 dengan torehan 48 gol dalam 158 pertandingan.

Saat hijrah ke Spanyol muncul keraguan apakah Kopa bisa mempertahankan kecemerlangannya. Di sana sudah ada Alfredo Di Stefano, playmaker dengan keandalan yang tak diragukan lagi. Kopa pun mengalah dan bergeser ke sisi kanan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline