Lihat ke Halaman Asli

charles dm

TERVERIFIKASI

charlesemanueldm@gmail.com

Ganda Putra Antiklimaks, Ganda Campuran Indonesia "Saling Bunuh" di Final

Diperbarui: 27 November 2016   15:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir/badmintonindonesia.org

Indonesia sejatinya memiliki tiga wakil dengan dua peluang gelar juara di Hong Kong Open Super Series 2016. Sayang peluang terakhir dari nomor ganda putra gagal diperoleh di partai terakhir babak semi final, Sabtu (26/11) malam WIB lantaran Mohammad Ahsan/Rian Agung Saputro tampil antiklimaks saat menghadapi Mathias Boe/Carsten Mogensen dari Denmark.

Berbeda dengan Ahsan/Rian, dua pasang ganda campuran, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dan Praveen Jordan/Debby Susanto sukses melewati rintangan di babak semi final untuk saling sikut di laga pamungkas. Satu gelar, sekaligus satu-satunya, sudah pasti diboyong ke tanah air.

Berbanding terbalik dengan penampilan di babak perempat final, Ahsan/Rian yang baru ditandemkan di dua turnamen terakhir tampil jauh dari harapan dan tidak seperti saat menumbangkan unggulan pertama dari Malaysia, Goh V Shem/Tan Wee Kiong, 21-11, 17-21 dan 21-17.

Saat menghadapi Goh/Tan, Ahsan/Rian bisa bertahan hingga lebih dari satu jam. Namun bertemu pasangan kawakan dari Denmark itu, keduanya hanya bisa menarik nafas selama 37 menit sebelum menyerah straight set 18-21 dan 11-21.

Grafik penampilan pasangan yang kini berada di rangking 333 dunia sejak awal turnamen ini cukup meningkat. Meski berstatus non unggulan, keduanya perlahan tetapi pasti mampu menumbangkan pasangan yang lebih diunggulkan. 

Mula-mula menggasak wakil Thailand, Kittinupong Kedren/Dechapol Puavaranukroh di partai pembukaan. Selanjutnya memenangkan perang saudara menghadapi pasangan muda namun sudah cukup lama berpasangan, Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi. Hebatnya, Ahsan/Rian melibas dua pasangan itu dua game langsung, masing-masing dengan skor 21-17 21-16 serta 21-18 dan 21-16.

Puncak penampilan Ahsan/Rian terjadi di delapan besar. Pasangan nomor satu dunia tak kuasa meladeni permainan cepat dan adu net yang ciamik dari Ahsan/Rian. Pertempuran sengit itu berakhir setelah tiga game.

Sayang pola permainan seperti itu tidak dikeluarkan lagi saat menghadapi Boe/Mogensen. Malah keduanya terpancing dengan permainan Boe/Mogensen untuk beradu rally dan smes. Pada titik ini Boe/Mogensen sukses mengekploitasi kelemahan Ahsan/Rian. Pertahanan yang rapuh, bobot pukulan yang lemah, serta penempatan bola yang tidak akurat, adalah beberapa titik lemah Ahsan/Rian.

Sementara Boe/Mogensen, yang memang memiliki jam terbang yang lebih dari cukup, dan tampaknya sudah mempelajari permainan Ahsan/Rian sebelumnya, langsung menyambut sang lawan dengan smes keras sejak awal pertandingan.

Kebersamaan yang sudah sangat lama dan telah teruji menghadapi hampir semua pasangan kelas dunia terlihat dalam ketenangan Boe/Mogensen dalam bertahan dan melancarkan serangan balik. Berkali-kali Ahsan/Rian melancarkan smes, berkali-kali pula unggulan empat itu mempertontonkan smash returnyang baik. Kondisi ini berbanding terbalik dengan pasangan Indonesia, terutama Rian Saputro.

Di babak pertama, Rian banyak melakukan kesalahan terutama saat mengembalikan smes lawan baik dalam posisi biasa maupun back hand. Dalam hal itu Rian masih harus banyak belajar dan berlatih, juga menambah bobot pukulan lantaran bisa dihitung dengan jari smesnya yang berbuah angka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline