Lihat ke Halaman Asli

charles dm

TERVERIFIKASI

charlesemanueldm@gmail.com

Ketidakmungkinan bagi Leicester City itu Tidak Ada

Diperbarui: 3 Mei 2016   20:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar Dailymail.co.uk

Di bawah kolong langit tak ada yang tak mungkin terjadi. Seperti kata Cassius Marcellus Clay Jr atau yang kemudian dikenal sebagai Muhammad Alli benar adanya. Impossible is nothing. Ketidakmungkinan itu tidak ada.                      

Hasil imbang 2-2 Tottenham Hotspur versus Chelsea Selasa (03/5) dinihari WIB, memastikan mahokta gelar juara Liga Primer Inggris musim ini jatuh ke tangan Leicester City. Klub yang merangkak dari kasta bawah, langsung mengejutkan sejak awal musim. Menggusur dominasi para langganan dan raksasa yang sarat bintang dan modal fantastis.

Dengan modal pemain seadanya, di bawah asuhan pelatih yang kerap berpindah-pindah markas karena hampir  tak pernah mempersembahkan gelar bergengsi, Leicester akhirnya meraih sukses. Berdiri sejak 1884, klub berjuluk The Foxes itu akhirnya tampil sebagai yang terbaik di Negeri Ratu Elizabeth. Untuk pertama kalinya.

Kesuksesan Leicester sekaligus menempis anggapan bahwa uang bisa mengatasi segalanya.  Kekayaan berlimpah untuk membeli deretan pemain beken tak menjamin kesuksesan. Tradisi dan nama besar  pun tak selamanya berbicara banyak. Segala kemewahan itu sama sekali tak bisa membayar prediksi, apalagi membelinya. Ketidakmungkinan itu tidak pernah bisa dikerangkeng.

Leicester bukan bukti pertama. Di jagad olahraga sudah banyak kisah yang menunjukkan bahwa yang dianggap lemah bisa memberikan kejutan. Underdog bisa berubah menjadi raksasa. Tanpa diduga-duga sebelumnya.

Tak ada yang menyangka bahwa 26 tahun lalu, Mike Tyson harus menelan kekalahan dari Buster Douglas. Sebelum pertemuan di Tokyo itu, Tyson begitu superior.  Petinju yang dijuliki Si Leher Beton itu mencatatkan rekor tak terkalahkan: 37 kemenangan dalam 37 pertarungan professional. Sementara sang lawan, walau sukses meraih 42 kemenangan namun pernah menelan sekali kekalahan  Menghadapi Tyson, Douglas sama sekali tak diunggulkan.

douglas-5728a8aa3fafbd5b0aea92d9.jpg

Gambar BBC.co.uk

Memang benar, ronde kedelapan Douglas mencium kanvas. Namun siapa sangka dua ronde berikutnya Douglas menjadi sosok yang tak dibayangkan sebelumnya. Sedikit brutal, ia melayangkan pukulan membabi buta. Dalam kondisi fisik yang tak prima akibat flu serta beban emosional lantaran ditinggal sang ibu tiga minggu sebelum laga  berubah  menjadi tenaga mahadasyat. Membuat Si Leher Beton itu tak berdaya.

Demikianpun Boris Becker di lapangan tenis. Tahun 1985 tak ada  yang menyangka, seorang siswa  yang seharusnya belajar untuk ujian di perguruan tinggi,  tampil sebagai juara Wimbledon. Dalam usia sangat muda, 17 tahun Becker mampu menyisihkan para senior. Bahkan prestasinya sudah terlihat sebelum itu.

Masih banyak lagi ketidakmungkinan yang menjadi mungkin. Secara tim, prestasi Leicester mengingatkan kita pada Nottingham Forest. Saat itu, Januari 1975 ketika Brian Clough mengambil alih jabatan manajer, mereka dipromosikan ke Divisi Pertama kedua. Lantas juara Liga Primer Inggris tahun berikutnya. Setahun kemudian, mereka menjadi juara Eropa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline