[caption caption="Marc Marquez saat tiba di Indonesia (foto Grandyos Zafna Manase Mesah/detikSport)"][/caption]
Geliat dan pesona MotoGP makin menggoda. Rivalitas dan tensi antarpara pembalap dan pabrikan semakin tinggi seperti terlihat musim kemarin. Membuat para pencintanya di Indonesia ingin menjadi saksi nyata kehebatan para jagoan beradu di lintasan balap. Persis seperti tahun 1996 dan 1997, saat Indonesia berkesempatan menjadi tuan rumah.
Harapan terulangnya kenangan manis itu kembali membuncah sejak tahun lalu ketika Dorna, sang pemilik dan penyelenggara MotoGP kembali memalingkan wajah ke Indonesia. Gayung bersambut, kita pun menyambut baik tawaran manis salah satu slot di musim 2017. Letter of Intent (LOI) pun ditandatangani, tanda kepercayaan sekaligus garansi kesediaan dan kesanggupan memenuhi segala tuntutan.
Namun tak cukup tanda tangan di atas kertas. Yang diperlukan adalah bukti konkret dana jaminan Rp120 miliar, master plan dan kontrak dengan batas waktu hingga 31 Januari. Pada titik ini masalah pun muncul. Selama ini Indonesia hanya mengandalkan Sirkuit Sentul yang nyatanya butuh perbaikan minimal 40 persen dan dana sekitar Rp150 miliar.
Pemerintah berniat baik membantu. Namun kendala menghadang. Pemerintah tak bisa serta merta menggelontrokan dana rakyat begitu saja mengingat sirkuit yang terletak di Bogor, Jawa Barat itu bukan milik bersama. Itu milik swasta. Kebuntuan pun terjadi. Opsi lain pun dipilih, hingga batas waktu 31 Januari terlewati tanpa ada kejelasan.
Namun demikian Dorna tak lekas ketuk palu. Pemerintah diberi kelonggaran untuk melengkapi berkas-berkas administratif itu. Bahkan CEO Dorna, Carmelo Ezpeleta sampai menyambangi Indonesia bertemu Menpora, Imam Nahrawi, meminta kepastian sambil melihat keseriusan Indonesia menerima tawaran itu.
"Dulu (memang) dibatasi sampai 29 Februari saja, tetapi kemarin kami komunikasi lagi, dan alhamdulillah sampai Juni kita ditunggu (Dorna)," ungkap Imam Nahrawi, Jumat (12/2/2016).
Pada titik ini, pertanyaan menggelitik muncul: mengapa Dorna masih mau mengulur waktu? Seberapa pentingkah Indonesia dalam kaca mata bisnis MotoGP? Pun, pertanyaan terakhir itu bisa dibalik: seberapa penting MotoGP untuk Indonesia?
Pasar Potensial
Hasil pertemuan Menpora dan CEO Dorna menguak sejumlah alasan MotoGP ingin dihadirkan di Indonesia. Dari sisi bisnis jelas Indonesia merupakan pasar otomotif yang potensial. Hitung saja berapa banyak penduduk Indonesia dan tingkat penggunaan kendaraan. Hampir tak ada produsen otomotif yang enggan melirik Indonesia, dan mau meninggalkan begitu saja pasar yang sangat konsumtif termasuk dalam urusan kendaraan.
"Mereka melihat potensi otomotif Moto GP di Indonesia sangat potensial khususnya di Asia Tenggara. Kedua market Moto GP di sini bagus dan ketiga, jika di negara seperti Malaysia bisa mengapa di Indonesia tidak," papar Gatot S.Dewabroto, juru bicara Kemenpora, dikutip dari Liputan 6.com, Rabu (21/10/2015).