Lihat ke Halaman Asli

charles dm

TERVERIFIKASI

charlesemanueldm@gmail.com

Tenis Dunia Tercemar, Skandal Menahun Match Fixing Mengemuka

Diperbarui: 18 Januari 2016   21:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Gambar BBC.com"][/caption]

Setidaknya itu konklusi yang berkelebat cepat di benak saya ketika berselancar di jagad maya mencari-cari informasi aktual terkait turnamen Grand Slam pertama tahun ini, Australia Open yang baru saja dimulai. Saat pasang mata tertuju ke Melbourne, memastikan para jagoan ambil bagian setelah sebelumnya sejumlah unggulan diterpa badai cedera dan penyakit yang memaksa mereka mundur bahkan absen di sejumlah turnamen pemanasan, setengah tak percaya saya menemuka informasi terkait dugaan match fixing yang mengguncang tenis dunia.

Saya pun menelusuri sumber dari mana media-media tanah air menyandarkan diri. Ya, BBC dan BuzzFeed. Di sana tertera  jelas informasi tersebut. Setidaknya 16 petenis profesional yang berada di rangking 50 dunia terlibat pengaturan skor.

Ironisnya, match fixing itu tergolong menahun. Seperti dunia sepakbola, skandal tersebut telah berurat-akar dalam diam selama satu dekade terakhir alias 10 tahun ke belakang. Dan separuh dari 16 petenis itu kini sedang berjuang di Negeri Kanguru merebut trofi Grand Slam pertama di tahun ini.

Mengacu pada dokumen rahasia, dengan tak menyebut siapa-siapa yang terlibat, sumber tersebut hanya menyebut bahwa beberapa dari antaranya pernah menjadi jawara Grand Slam. Artinya, skandal ini melibatkan para petenis elit. Tak tanggung-tanggung turnamen tenis legendaris Wimbledon pun disebut sebagai salah satu arena praktik manipulatif yang melibatkan sindikan taruhan dari Rusia dan Italia.

Modusnya, para sindikan judi itu mendatangi hotel saat turnamen akbar berlangsung dan menawarkan uang tak sedikit, sekitar 50 ribu dolar AS untuk sekali pertandingan.

BBC yang sudah lama mengendus dugaan ini telah mengambil sikap. Sejak 2007, mereka melaporkan kepada Tennis Integrity Unit (TIU). Namun laporan itu ditanggapi sambil lalu saja.

Terkejut

Laporan ini ternyata tak hanya mengagetkan kita kaum awam. Ketua Asosiasi Pemain Tenis Profesional ATP Chris Kermode pun sama terkejutnya. Cepat-cepat ia membela diri agar tak dituduh mendiamkan skandal tersebut. Baginya perlu buti kuat untuk mengambil tindakan dan tidak bisa yang hanya bertumpu pada rumor dan praduga.

“Diperlukan bukti kuat untuk mengambil tindakan kepada pemain. Penyelidikan tidak bisa dilakukan hanya berdasarkan rumor dan praduga,”tandas Kermode kepada BBC.

Bila Kermode bersikap skeptis, ratu tenis putri, Serena Williams memilih sikap profesional. Berbicara usai  menumbangkan wakil Italia, Camila Giorgi, 6-4 dan 7-5, untuk memastikan tiket babak kedua Australia Open 2016, Ia mengaku tak pernah bermain mata. Kemenangan demi kemenangan yang diraih, bahkan hingga kini kokoh di puncak peringkat WTA adalah buah perjuangan. Ia seakan menyebut dirinya bekerja keras untuk menang, bukan mendapat hadiah gratis dari lawan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline