Lihat ke Halaman Asli

Charity NataniaPrasetyo

Siswa - SMAN 1 Rembang

Mycoplasma Pneumoniae: Pandemi Terulang? Apa Peran Pemerintah dan Masyarakat dalam Mencegah Hal Ini?

Diperbarui: 13 Desember 2023   02:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Negeri Tirai Bambu sedang dilanda kasus undefined pneumonia yang menyerang anak-anak. Penyebab penyakit pernapasan klaster di China, baru sekitar 40 - 60% yang diketahui. Oleh karena itu disebut sebagai pneumonia tidak terdiagnosis, atau undiagnosed pneumonia. Penyebab dari pneumonia ini adalah myobacterium. Karena pneumonia ini disebabkan oleh myobacterium, maka penamaan yang paling tepat untuk bakteri ini adalah mycoplasma pneumoniae. 

Bakteri ini dapat dengan merusak lapisan sistem pernapasan pada tenggorokan, paru-paru, batang tenggorokan dan kemudian menyebabkan penyakit. Penularan bakteri ini dapat dikatakan serupa dengan flu, yakni melalui droplet. Mycoplasma Pneuominae lebih banyak menyerang anak-anak. Karena mereka memiliki saluran pernapasan yang pendek. Jadi infeksi yang terjadi di saluran pernapasan atas, akan lebih mudah masuk ke jaringan paru. 

Persebaran bakteri ini cukup banyak di daerah Tiongkok bagian Utara seperti Beijing dan Provinsi Liaoning. Apalagi saat ini Negeri Panda sudah mulai memasuki musim dingin. Hal tersebut berdampak pada penurunan imunitas tubuh untuk melawan patogen dari lingkungan, sehingga, peningkatan kasus pneumonia bisa saja terjadi pada saat-saat seperti ini. 

Mycoplasma Pneumoniae saat ini sudah menyebar ke beberapa negara di Asia Tenggara. Seperti Malaysia, Singapura, termasuk Indonesia juga. Pemerintah telah menerima laporan kasus mycoplasma pneumoniae masuk ke Indonesia. 

Dilansir dari Kompas.com, Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) mengungkapkan hingga, Rabu (6/12/2023), total jumlah kasus terkonfirmasi mycoplasma pneumonia di Indonesia mencapai enam orang. Gejala yang dialami pasien terinfeksi adalah sesak napas, disertai demam dan flu. 

Untuk mencegah penularan Mycoplasma Pneumoniae masyarakat diimbau untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat serta melakukan imunisasi rutin lengkap pada anak. Penerapan perilaku hidup bersih dan sehat dilakukan dengan memakai masker di keramaian, tidak membawa anak yang sakit keluar rumah. Lalu, rutin mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun, menjaga ventilasi udara, dan menghindari asap rokok. 

Imunisasi dilakukan secara rutin dengan tujuan membangun kekebalan tubuh anak, karena mereka sangat rentan terserang oleh bakteri ini. Apalagi memasuki musim penghujan, di mana imunitas tubuh akan berkurang, dan kelembapan bertambah, yang kemudian mengakibatkan bakteri, virus, dan patogen semakin mudah untuk masuk ke dalam tubuh. 

Adapun sebagai bentuk kesiapsiagaan Pemerintah Indonesia dalam mengantisipasi penularan pneumonia, Kemenkes RI memberi tanggapan dengan Surat Edaran Nomor: PM.03.01/C/4632/2023 tentang Kewaspadaan Terhadap Kejadian Mycoplasma pneumonia di Indonesia. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI Maxi Rein Rondonuwu menjelaskan, penerbitan surat edaran bertujuan mengantisipasi penyebaran pneumonia di Indonesia. 

Melalui surat edaran tersebut, Kemenkes meminta Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) untuk melakukan pemantauan perkembangan kasus dan negara terjangkit di tingkat global serta meningkatkan kewaspadaan dini dengan melakukan pemantauan kasus yang dicurigai pneumonia. Ia juga meminta KKP untuk meningkatkan pengawasan terhadap orang (awak, personel, dan penumpang), alat angkut, barang bawaan, lingkungan, vektor, binatang pembawa penyakit di pelabuhan, bandar udara dan pos lintas batas negara, terutama yang berasal dari negara terjangkit. 

Mycoplasma Pneumonia dari Negeri Panda perlahan-lahan sudah masuk ke Tanah Air tercinta. Apakah hal ini dapat membawa "petaka" seperti dulu saat Covid-19 secara perlahan memasuki Indonesia? Pertanyaan tersebut dijawab oleh Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta Ngabila Salama. 

Ia menegaskan jika pneumonia tidak akan menjadi epidemi baru bagi negara kita tercinta. Karena pneumonia bukanlah sebuah hal "baru" layaknya Covid-19 dan ebola. Metode pengobatan dan obat dari pneumonia itu sendiri juga sudah ditemukan sejak lama. Dikatakan juga, jika penularan pneumonia tidak terlalu invasif dan liar seperti Covid-19. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline