Lihat ke Halaman Asli

Charista Elliani

Mantan Legal Assistant di Semarang

Childfree dan Kebebasan Perempuan untuk Hidup Bahagia

Diperbarui: 5 Juli 2022   10:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Childfree, istilah ini sempat mencuat di kalangan pengguna internet. Bermula dari Gita Savitri Dewi, YouTuber dan penulis yang menyatakan bahwa dia dan suaminya, Paul Andre bersepakat untuk Childfree dalam pernikahannya. Pernyataan Gita ini menuai pro dan kontra di kalangan pengguna internet. Tak sedikit yang mencibir dan menyangsikan keputusan Gita tersebut. Mengapa? Childfree, berarti memilih hidup (berumahtangga) tanpa anak, terlepas dari kondisi biologis atau ekonomi. Ketika pasangan suami-istri memutuskan untuk Childfree, berarti mereka bersepakat untuk tak punya anak. Mereka tak menginginkan anak. Berbeda dengan Childless. Childless adalah keadaan dimana seseorang menginginkan anak, tapi tak bisa memilikinya karena masalah biologis tertentu, seperti kemandulan.

Pada tahun 1972 di Palo Alto, California muncul organisasi National Alliance for Optional Parenthood. Organisasi ini bertujuan untuk mengangkat gagasan bahwa orang bisa memilih untuk tak punya anak. Paham ini bertolak belakang dari peran sosial, dan identitas gender perempuan sebagai seseorang yang pada umumnya akan menjadi seorang ibu di kemudian hari dalam hidupnya. Organisasi ini berfungsi sebagai grup pendukung orang-orang yang memilih childfree. Dengan demikian, Childfree bukanlah sesuatu yang baru atau hal aneh. Childfree hanyalah salah satu diskursus dalam upaya menegakkan keadilan gender. 

Menurut Oxfam International, Keadilan Gender berarti perempuan dan anak perempuan berpartisipasi secara seimbang di semua aspek ekonomi, sosial, politik dan budaya, memiliki peran kepemimpinan, dapat mengakses sumber daya dan jasa, dan berpartisipasi dalam keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka. Lebih lanjut, keadilan gender menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi perempuan dan anak perempuan, karena hak-hak mereka dilindungi dan mereka memiliki kendali lebih besar atas tubuh dan kehidupan mereka. Sejatinya, manusia perempuan atau laki-laki adalah makhluk yang bebas. Seperti laki-laki yang dipandang harus mandiri, dan mampu membuat keputusan serta bertindak untuk kebaikan diri sendiri, perempuan juga bebas menentukan nasibnya sendiri. Perempuan yang sudah menikah pun boleh memutuskan untuk Childfree. Seperti Gita Savitri yang sudah berdiskusi dengan suaminya. Suaminya setuju dengan pilihan Gita untuk Childfree. Di luar negeri pun, banyak perempuan yang memilih Childfree dalam hidupnya seperti Oprah Winfrey, Jennifer Aniston, dan Rene Zellweger. Dua puluh lima persen perempuan Inggris yang lahir di tahun 1973 memilih untuk tak punya anak. Childfree adalah salah satu langkah awal untuk mendukung keadilan gender. Paham childfree ini justru bisa membantu menurunkan tingkat stress dan depresi. Berapa banyak anak yang lahir dan tumbuh besar dengan memikul beban menjadi investasi orangtuanya kelak ketika mereka sudah pensiun dan tua, kendati si anak tidak meminta untuk dilahirkan. 

Punya anak adalah keinginan calon orangtua, dan tidak semua pasangan yang punya anak, siap untuk punya anak, dari aspek mental dan perekonomian. Ketika seorang perempuan memutuskan untuk Childfree, dan memilih hidup berdua saja dengan suaminya, keputusan itu mencerminkan sikap perempuan yang bisa mengambil keputusan untuk dirinya sendiri. Suami yang setuju istrinya Childfree, seperti aktor Inggris Alan Rickman, yang menghormati keinginan istrinya untuk tak punya anak adalah suami yang berpikiran maju. Ia sendiri menyatakan: "Ingin punya anak-cucu, tetapi pernikahannya dijalani oleh dua orang, yaitu ia dan istrinya." Ia menambahkan juga: "Saya rasa setiap hubungan harus punya aturannya tersendiri"

Adalah tidak salah ketika seseorang menjadi pro-natalis atau kontra-natalis. Yang salah adalah ketika masing-masing orang memaksakan pendapatnya kepada orang lain, menganggap pro-natalis yang lebih baik, lebih sesuai dengan ajaran agamanya atau sebaliknya. Keputusan Childfree sejatinya merupakan ranah pribadi, urusan antara suami-istri yang menjalaninya, dan bukan urusan orang diluar hubungan pernikahan tersebut.  Di tengah dinamika kehidupan yang semakin berat, memilih menjalani kehidupan dengan hati yang bahagia lebih penting dan lebih bermakna daripada terkungkung oleh tatanan masyarakat yang mendalilkan bahwa perempuan wajib memiliki anak dan menjadi ibu. Childfree juga bisa menjadi pilihan untuk perempuan yang Childless, paham ini diharapkan membantu perempuan Childless untuk segera bangkit dari kesedihannya ketika ia sadar bahwa dirinya tak bisa memiliki anak. Tanpa menjadi ibu dan punya anak, perempuan tetaplah dirinya sendiri yang berdaya dan bernilai di mata masyarakat.

 

 

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline