Lihat ke Halaman Asli

Mereka Saudara Santri (4)

Diperbarui: 25 Oktober 2023   22:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Seorang pemuda Gaza menjawab "Biarkanlah kami disini. Pergilah, kamu masih punya keluarga untuk dihidupi, masih punya takdir untuk dipenuhi. Takdir kami berhenti di sini, kami akan menunggumu kelak, seperti engkau yang menunggui kami sekarang. Jadi, pergilah."

Pemuda itu tertegun. Air mata berjatuhan dari kelopak matanya. Rombongan kendaraan itu datang, pemuda itu segera pergi meninggalkan orang-orang Gaza pada puing-puing rumah sakit. Wajahnya menegang, tak sanggup membayangkan apa yang akan menimpa mereka kelak.

Merasa sudah pergi jauh, pemuda itu berhenti dan menatap ke belakang sejenak. Kosong. Tidak ada seorang pun keluar dari kediaman mereka. Pemuda itu mengambil napas panjang. Di tengah-tengah kota, jalanan kosong melompong. Hanya ada pemuda itu sendirian di sana. Angin berhembus pelan, menyapu wajah kotor pemuda itu. Bajunya lusuh terkena debu. Lantas pemuda itu menangis, ia merasa bersalah karena meninggalkan orang-orang Gaza itu. Ia duduk bersimpuh di tengah-tengah jalanan kota Gaza.

Pada pagi menjelang siang, saat-saat dimana pemuda itu duduk bersimpuh di tengah jalanan kota Gaza yang lenggang. Sebuah jeep datang mendekat. Pemuda itu tak dapat berpikir jernih, perasaan bersalah telah memenuhi dirinya. Pintu jeep terbuka, seorang pria kisaran 35-40 tahun turun dari jeep. Perasaan takut memenuhi benak pemuda itu, ia jatuh terjungkal, menjauhi pria itu.

***




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline