Di tengah persiapannya untuk kompetisi, Lila bertemu dengan Dika, seorang pemuda baru di desa yang sangat berbakat dalam menggambar. Dika sering menghabiskan waktu di taman, menciptakan sketsa pemandangan alam. Lila merasa tertarik dengan bakat Dika dan mulai sering berbincang dengannya.
Suatu sore, saat Lila dan Aria sedang menggambar di tepi sungai, Dika datang dan bergabung dengan mereka. Mereka mulai berbagi ide dan teknik menggambar. Lila merasa nyaman berbicara dengan Dika, dan dia mengagumi cara Dika mengekspresikan kreativitasnya. Seiring waktu, Lila mulai merasakan perasaan yang lebih dari sekadar persahabatan terhadap Dika.
Dika, yang juga melihat ketekunan Lila, berkata, "Kamu memiliki bakat luar biasa, Lila. Aku yakin kamu bisa menang di kompetisi itu." Kata-kata itu membuat Lila merasa lebih percaya diri, tetapi juga semakin bingung dengan perasaannya. Apakah ini cinta atau sekadar kekaguman?
Suatu hari, Dika mengajak Lila dan Aria untuk pergi ke bukit dekat desa, tempat di mana mereka bisa melihat pemandangan indah. Di sana, di bawah langit biru, Dika berkata, "Aku ingin melihat dunia melalui karyamu, Lila. Ayo, tunjukkan apa yang bisa kamu buat!" Lila merasa terinspirasi dan mulai menggambar pemandangan di depannya.
Lila kembali ke rumah dengan hati yang penuh semangat. Dia menyadari bahwa perasaan terhadap Dika bukan hanya sekadar kekaguman, tetapi ada rasa ketertarikan yang lebih dalam. Meski begitu, Lila bertekad untuk tetap fokus pada kompetisi desain yang akan datang. Dia tahu bahwa saat ini, impiannya adalah prioritas utamanya, tetapi dia juga merasa bersemangat untuk menjelajahi perasaannya terhadap Dika lebih lanjut.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI