Lihat ke Halaman Asli

Toxic Relationship Bisa Menjadi Penyebab Utama Kekerasan dalam Hubungan

Diperbarui: 10 Januari 2025   19:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Hubungan seharusnya menjadi tempat yang aman, penuh kasih, dan mendukung bagi kedua belah pihak. Namun, kenyataannya tidak semua hubungan berjalan sehat. Istilah "toxic relationship" atau hubungan beracun menggambarkan hubungan di mana satu atau kedua pihak saling merugikan secara emosional, mental, bahkan fisik. Salah satu dampak paling serius dari hubungan beracun adalah meningkatnya risiko kekerasan dalam hubungan.  

Apa yang Kamu pahami tentang Toxic Relationship?  

Toxic relationship adalah hubungan di mana perilaku salah satu atau kedua pihak secara konsisten menciptakan pola yang tidak sehat dan ketika dibiarkan, pola ini sering kali berubah menjadi bentuk kekerasan yang lebih parah, baik secara emosional, verbal, maupun fisik. Hal ini dapat berupa:  

  • Manipulasi emosional
  • Kontrol berlebihan terhadap pasangan
  • Kurangnya rasa hormat dan kepercayaan
  • Komunikasi yang tidak sehat, seperti berteriak atau menghina

Mengapa Toxic Relationship Memicu Kekerasan?  

1.  Kurangnya Komunikasi Sehat, artinya ketidakmampuan untuk berkomunikasi dengan baik dapat membuat konflik kecil berkembang menjadi kekerasan.  

2. Kecemburuan dan Rasa Tidak Aman, artinya ketidakamanan yang berlebihan dapat membuat seseorang bertindak kasar untuk mempertahankan "kontrol" atas pasangan mereka. Salah satu pasangan ingin mengontrol yang lain, baik secara fisik, emosional, atau finansial.  

Tanda-Tanda Anda Berada dalam Toxic Relationship  

1. Pasangan sering mengintimidasi atau mengancam secara verbal.

2. Ada kontrol berlebihan terhadap aktivitas, teman, atau keputusan pribadi.

3. Perubahan suasana hati yang drastis, dari sangat sayang menjadi sangat marah.

4. Isolasi sosial, seperti melarang bertemu keluarga atau teman.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline