Di era modern saat ini Penggunaan Bijak Garam dan MSG (monosodium glutamate) sedang dalam perbincangan, karena mulai sadarnya masyarakat terhadap pola hidup sehat, konsumsi garam dan MSG yang sering menjadi sorotan. Meskipun keduanya memiliki manfaat dalam meningkatkan cita rasa makanan, konsumsi berlebihan dapat berdampak negatif pada kesehatan, seperti hipertensi dan risiko penyakit jantung. Menjawab tantangan ini, Ajinomoto hadir dengan inovasi dan komitmen untuk mendukung gaya hidup sehat melalui edukasi penggunaan bijak garam dan MSG. Pada Kamis, 14 November 2024, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) melakukan Kuliah Lapangan ke PT. Ajinomoto Indonesia di Karawang. Di mana penulis belajar banyak hal tentang bagaimana cara bijak penggunaan garam dan MSG.
Menagapa perlu mengurangi penggunaan garam?
Lebih dari 50% masyarakat Indonesia telah mengkonsumsi natrium berlebih, yaitu sekitar >2000mg/hari atau garam >5g/hari. Sedangkan WHO (World Health Organization), hanya merekomendasikan di bawah angka tersebut. Situasi ini sangat berbahaya bagi kesehatan. Dibandingkan dengan garam, kandungan natrium dalam MSG lebih rendah sekitar 12%. Sehingga MSG, dapat menekan penggunaan NaCl atau garam dapur. MSG adalah garam sodium dari asam glutomat. Asam glutomat merupakan salah satu asam amino yang dihasilkan oleh tubuh, yang disebut dengan asam amino non ensensial. Asam glutomat inilah yang menjadi sumber umami pada MSG.
Sesuai dengan visi dan misi Ajinomoto yang ingin menjadi perusahaan makanan No 1 di Indonesia, yang ramah terhadap lingkungan global, dan memberikan senyuman melalui produk dan layanan yang berfokus pada kelezatan, kesehatan, dan kualitas yang tinggi dengan asas keberlanjutan. Ajinomoto berhasil menciptakan bumbu yang umami dan terjangkau, sehingga bisa mengubah makanan sederhana dan bergizi menjadi makanan lezat yang bisa mengugah selera.
Inovasi dan komitmen untuk hidup yang lebih sehat Ajinomoto direalisasikan melalui adanya MSG yang diproduksi dari tetes tebu pilihan melalui proses fermentasi dengan menggunakan mikroba yang dapat mengahasilkan rasa umami. Karena, takaran yang digunakan MSG secukupnya, di mana MSG bersifat "self limiting" yang artinya jika penambahan MSG yang berlebihan menimbulkan rasa tidak enak. MSG bukan penyedap kerusakaan otak dan kebodohan (Smith, 2000).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H