Lihat ke Halaman Asli

Charish Marvella Kristanto

Universitas Airlangga

Maraknya Kasus Pelecehan Seksual Sebagai Dampak dari AI: "Apa Hubungan Perkembangan Teknologi AI dengan Kasus Pelecehan Seksual?"

Diperbarui: 4 Desember 2024   21:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Sumber: Google)

Globalisasi memberikan banyak dampak baik bagi kehidupan. Pada era digital ini, teknologi informasi dan komunikasi mengalami perkembangan pesat yang merupakan akibat dari globalisasi. Artificial Intelligence atau yang biasa disebut AI menjadi salah satu perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat membantu manusia saat ini.

Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan merupakan teknologi yang diciptakan manusia untuk manusia yang dirancang untuk meniru kemampuan intelektual manusia. AI dapat membantu manusia untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan berbasis komputer, seperti membuat tulisan, gambar, video, hingga menirukan suara seseorang secara realistis.

Tidak dapat dipungkiri, saat ini AI menjadi bagian penting bagi kehidupan karena dapat meringankan pekerjaan manusia. Namun di samping itu semua, keberadaan AI juga menjadi sarana bagi oknum-oknum tidak bertanggungjawab untuk melakukan tindak kejahatan.

Salah satu tindak kejahatan yang paling sering dilakukan dengan bantuan AI adalah pelecehan seksual. Pelaku tidak  melakukan kontak fisik dengan korban. Yang dibutuhkan hanyalah foto wajah korban yang kemudian di manipulasi menjadi sebuah foto atau video vulgar, dimana korban tampak seperti sedang melakukan kegiatan seksual, seperti tidak berbusana, berhubungan seksual, dan lain sebagainya.

(Sumber: Google)

Foto maupun video palsu tersebut kemudian dapat dengan mudah disebar luaskan melalui media sosial. Berbagai platform media sosial yang mudah diakses oleh khalayak menjadi media utama penyebaran pelecehan seksual ini. Hal ini dilakukan hanya untuk memenuhi kepentingan pribadi pelaku. Tidak jarang juga hal ini dilakukan untuk memeras korban. Pelaku akan mengancam untuk menyebarkan foto atau video palsu ke media sosial. Pelaku bahkan dapat menghasilkan uang dengan menjual hasil editan ini ke situs pornogafi.

Perbuatan ini dapat sangat merugikan korban yang tidak mengetahuinya sama sekali. Melalui media sosial, masyarakat dapat dengan mudah dan bebas mengutarakan pendapat tanpa mengetahui kebenaran suatu masalah. Hal ini dapat sangat mempengaruhi kondisi psikis korban. Tidak hanya kesehatan mental, nama baik dan kehidupan sosial korban pun dapat terganggu.

Korban tidak hanya dari kalangan orang dewasa saja. Baik anak-anak hingga orang tua pun dapat menjadi korban kejahatan ini. Foto-foto yang mereka sebarkan melalui media sosial dengan tujuan baik justru dapat disalahgunakan menjadi bahan tindak kejahatan bagi orang tidak bertanggungjawab. Oleh karena itu, sasaran utama para pelaku kejahatan ini adalah orang-orang yang terkenal di media sosial, seperti selebgram, youtuber, dan lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline