Lihat ke Halaman Asli

Watu Tumpuk ; Bukti Kecil Dahsyatnya Kelud

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13993387011059591219

Letusan gunung kelud yang beberapa bulan lalu terjadi, agaknya masih menyisakan rekam jejak yang menunjukkan begitu hebatnya letusan tersebut mengguncang. debu vulkanik yang sempat bertebaran ke hampir seluruh daerah di indonesia, seolah menjadi bukti akan kemarahan maha dahsyat gunung tersebut. debu vulkanik yang menempel berhari hari dijalanan, bahkan hingga ke atap-atap rumah warga berhari-hari menempel.

Anehnya, fenomena debu vulkanik ini hanya menyentuh seluruh daerah yang jauh dari pusat dimana gunung tersebut berada. yang akhirnya banyak dugaan dan anggapan  beredar diantara masyarakat bahwa hal itu terjadi dikarenakan oleh faktor cuaca dan arah angin, bahkan ada juga yang mengaitkan dengan faktor sejarah yakni adanya sumpah lembu suro dan maeso suro dahulu saat masih masa-masa kerajaan. dan kebenaran akan hal itupun masih belum bisa dipercaya secara logis. setidaknya hal itu menjadi pelajaran berharga agar kita bersama senantiasa melestarikan dan menjaga alam ini.

Gunung kelud yang terletak diantara 3 kabupaten di wilayah jawa timur yaitu Kediri, Blitar dan Batu, secara admnistratif gunung tersebut dikelola kepariwisataan nya oleh kabupaten kediri. sehingga tak heran jika dibeberapa even daerah seringkali lereng gunung kelud digunakan sebagai lokasi diselenggarakan even itu. berbeda dengan kabupaten kediri, di kabupaten Blitar sebagai salah satu home base gunung kelud pasca terjadinya letusan beberapa waktu yang lalu. juga akhirnya terdapat sebuah bukti baru bahwa terciptanya sebuah aliran lahar yang mengering dengan konstruk material bawaaan dari perut bumi yaitu batuan-batuan yang panas, serta aroma belerang yang menyengat. kini menjadi objek wisata masyarakat baru di kabupaten itu.

Masyarakat sekitar biasanya menyebut lokasi wisata itu dengan WATU TUMPUK ( batu bertumpuk), hal ini tidak heran karena memang dahulunya objek wisata tersebut adalah aliran sungai yang juga menjadi jalan mengalirnya lahar dingin mengalir sessat setelah kelud meletus. jika dilihat dari kejauhan objek wisata ini memang seakan menggambarkan begitu kuatnya aliran lahar yang saat itu terjadi.

Watu Tumpuk, yang sebelumnya hanya dijadikan objek tontonan warga sekitaran desa. kini menjadi objek wisata alternatif oleh beberapa masyarakat yang ingin mengetahui lebih jelas rekam jejak kelud dari sisi lain. Warga sekitar situ mengelolanya secara swadaya, retribusi masuk dan parkirnya pun mereka kelola bersama dan terlihat masih sangat tradisional pengelolaanya. akses jalan menuju ke lokasi wisata masih jauh dari harapan hal ini memang dikarenakan letak wisata tersebut yang berada di sekitaran lereng kelud dan bekas penambangan pasir. jalanan yang masih berbatu dan kadang harus melewati sungai-sungai kecil membuat para pelancong harus ekstra hati-hati. papan penunjuk arah yang disebar dibeberapa titik sesaat sebelum masuk ke lokasi wisata agaknya sedikit membantu bagi warga yang ingin berkunjung kesana.

Beberapa meter sebelum masuk ke pintu gerbang lokasi wisata sudah terlihat tumpukan batuan yang tersusun rapi sedemikian rupa. sesaat setelah masuk kita akan disuguhkan pemandangan yang membuat decak kagum bagaimana tidak, batuan yang didominasi oleh batu apung ini seolah memang sudah terancang dengan begitu bagusnya. sesaat setelah berjalan di sisi kiri pengunjung akan disuguhi mata air panas yang dapat dinikmati secara sukarela oleh mereka yang ingin merasakan sensasi terapi air panas. Warga pengelola wisata tersebut membangun sebuah gubuk kecil terbuat dari bambu dan jerami alakadarnya tidak lupa gambar sang penunggu kelud lembu suro pun tampak menghiasi gubuk tersebut. mata air panas yang muncul secara alami itu banyak dimanfaatkan warga untuk pengobatan. bahkan banyak dari pengunjung yang memanfaatkan fasilitas tersebut.

Sensasi berpetualang benar-benar terasa saat kita menginjakkan kaki ke objek wisata tersebut, aroma belereng yang menyengat ditambah gemricik air lumpur panas yang terkadang sesekali terlihat seolah membuat kita merasakan bagaimana ngerinya luapan lahar itu mengalir. dari tumpukan batuan itu pun sesekali jika dibuka didalamnya seperti masih menyisakan belerang yang masih panas bahkan tak jarang pula kepulan asap belerang menyembul disela sela batuan kecil, menggambarkan akan eksistensi gunung tersebut. cuaca yang kadang sering tiba-tiba berubah pun menambah kesan mistis dan seram hal ini kita rasakaan pada waktu menelusuri objek wisata tersebut tiba-tiba hujan mengguyur dan tak selang beberapa lama kemudian reda dan panas kembali. area di sekitar wisata yang masih diapit oleh tembok-tembok tanah yang dihiasi pepohonan pun kadang seperti ada longsoran-longsoran kecil yang menandakan kita untuk selalu ekstra hati-hati.  bahkan sesekali kita menemukan semacam air terjun kecil yang turut pula menghiasi dinding-dinding tanah yang mengapit hal ini melukiskan betapa agungnya karya ciptaan tuhan.

Secara keseluruhan berwisata di watu tumpuk memberikan kesan berbeda dari wisata-wisata alam yang lain nya. sensasi ekstrem dan takjub pun menjadi satu. semoga kelak suatu saat nanti watu tumpuk dapat dijadikan destinasi tujuan wisata baru di kabupaten blitar bagi mereka yang ingin melihat rekam jejak kelud dari sisi lain. # indonesia banget.

13993388352112491782

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline